Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
Memasuki semester II 2022, sektor properti kembali menghadapi tantangan yang berarti, di mana pelaku industri harus menghadapi berbagai kenaikan harga, mulai dari material hingga ongkos distribusi.
Kenaikan harga-harga tercermin dari tingkat inflasi yang menembus level 5,95% dan 5,71% pada bulan September 2022 dan Oktober 2022, di mana komoditas utama penyumbang inflasi antara lain adalah harga bahan bakar dan tarif angkutan umum.
Di sisi lainnya, kenaikan inflasi direspons oleh bank sentral dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan di mana terhitung sejak bulan Agustus 2022 suku bunga acuan telah mengalami kenaikan sebanyak empat kali berturut-turut.
Baca Juga: Jasnita (JAST) Targetkan Bisnis Smart City Berkontribusi 20% dari Pendapatan 2023
Perinciannya, pada bulan Agustus sebanyak 25 bps, bulan September sebanyak 50 bps, bulan Oktober sebanyak 50 bps dan pada bulan November sebanyak 50 bps sehingga suku bunga acuan saat ini adalah 5,25%.
Secara makro ekonomi kenaikan berkala suku bunga acuan ini menjadi antisipasi terhadap kemungkinan inflasi yang semakin tinggi.
Namun di sisi lain faktor kenaikan suku bunga acuan yang diiringi tekanan secara faktual berupa kenaikan harga-harga, dapat berimbas negatif terhadap daya beli masyarakat khususnya pada sektor properti.
Selain kenaikan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan yang terjadi, tidak stabilnya kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja MDLN karena liabilitas didominasi oleh utang dalam bentuk valas.
“Namun demikian Perseroan telah mempersiapkan mitigasi risiko yang dapat ditimbulkan dari kondisi ketidakpastian nilai tukar mata uang asing," ujar Dharma.
Baca Juga: Modernland Realty (MDLN) Raih Marketing Sales Rp 600 Miliar Hingga Kuartal III-2022
Lebih lanjut Dharma mengatakan, di tengah kondisi makro ekonomi yang berdampak pada pasar properti, MDLN terus berupaya meningkatkan kinerja pemasaran antara lain dengan meluncurkan klaster- klaster baru di beberapa proyek serta memberikan skema pembayaran yang lebih fleksibel kepada konsumen.
Selain itu MDLN juga mempercepat pembangunan yang memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan serta meningkatkan kepercayaan konsumen.
Pemulihan kinerja pemasaran terlihat pula pada sektor industrial, di mana pada segmentasi ini MDLN mencatatkan pertumbuhan pemasaran yang cukup baik jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dharma berharap pertumbuhan ekonomi baik global maupun nasional dapat berjalan ke arah positif, mengingat iklim investasi baik yang berasal dari lokal maupun internasional sangat dipengaruhi kondisi ekonomi dan geopolitik yang tengah berkembang saat ini.
Sampai dengan akhir September 2022, MDLN mencatatkan pendapatan senilai Rp 614,55 miliar atau tumbuh 6,29% year on year (yoy) sampai dengan kuartal III 2022.
Sementara laba bersih senilai Rp 234,51 miliar atau mengalami kenaikan 150,96% bila dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 460,19 miliar.
"Kenaikan ini terutama disebabkan adanya keuntungan atas penyelesaian sebagian utang obligasi luar negeri serta perubahan atas tingkat suku bunga obligasi luar negeri pasca restrukturisasi," ungkap Herman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News