kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Monsanto berambisi hasilkan benih jagung biotek


Senin, 20 Maret 2017 / 18:58 WIB
Monsanto berambisi hasilkan benih jagung biotek


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perusahaan agribisnis asal Amerika Serikat, Monsanto fokus menggarap benih jagung di Indonesia. Melalui Monsanto Indonesia, saat ini, perusahaan mengembangkan benih jagung bioteknologi.

Harapannya, Monsanto Indonesia dapat menjadi pemasok benih jagung ke seluruh negara kawasan Asia Pasifik. Presiden Direktur Monsanto Indonesia, Ganesh Pamugar Saturday mengatakan, rencana pengembangan benih jagung bioteknologi telah diajukan sejak tahun 2000.

Tak tanggung-tanggung, Monsanto Indonesia menginvestasikan dana hingga Rp 1 triliun per tahun untuk program riset dan pengembangan.

Benih jagung bioteknologi diyakini mampu menghasilkan 10 ton-15 ton jagung per hektare (ha). Biasanya, benih jagung hibrida hanya menghasilkan 5 ton hingga 8 ton jagung per ha. "Produktivitas jagung akan meningkat dua kali lipat dengan pola tanam yang ideal. Petani juga pasti mendapat peningkatan keuntungan," papar Ganesh.

Benih jagung bioteknologi atau trans-genik diperoleh dari hasil rekayasa genetika. Sedangkan benih hibrida, dari hasil kawin silang dua varietas sejenis yang berbeda sifat. Amerika sudah 20 tahun lebih fokus mengembangkan benih ini. Beberapa negara seperti Vietnam dan Thailand juga sudah menggunakannya.

Di samping itu, kata Ganesh, benih jagung biotek juga tahan terhadap perubahan cuaca ekstrim. "Indonesia punya peluang besar untuk mengembangkan benih jagung ini. Sayangnya, teknologi pertanian di sini masih konvensional," tuturnya. Selain itu, Indonesia juga berpotensi menjadi eksportir benih ke negara-negara di Asia Pasifik.

Ganesh mengatakan, program swasembada jagung tidak akan bertahan lama jika hanya mengandalkan perluasan lahan. "Menambah luas lahan penting juga, tapi sebagai solusi jangka pendek. Kalau ingin jangka panjang, teknologi pertaniannya harus diperbaiki," ungkapnya.

Menurutnya, benih jagung biotek dapat menjawab salah satu tantangan pertanian Indonesia, terutama terkait iklim ekstrim. Pasalnya, selama perubahan iklim terjadi, persoalan defisit air di beberapa daerah di Indonesia pasti akan terus ada. "Nah, persoalan tersebut bisa disiasati dengan benih jagung teknologi tinggi," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×