Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korea Selatan resmi mempercepat penghentian operasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara dan bergabung dengan Powering Past Coal Alliance (PPCA), aliansi global yang mendorong transisi menuju energi bersih.
Sebagai salah satu tujuan ekspor utama batubara Indonesia, langkah Korea Selatan ini berpotensi membawa dampak jangka panjang bagi pasar ekspor nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2023 Korea Selatan mengimpor 25,3 juta ton batubara dari Indonesia.
Sementara menurut catatan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), ekspor ke Korea Selatan pada periode Januari–Oktober 2025 mencapai 26,35 juta ton atau sekitar 6,3% dari total ekspor.
Baca Juga: B50 Siap Diuji Desember 2025, Industri Tambang dan Ahli Mesin Wanti-Wanti Hal Ini
Dampak ke Indonesia Tak Langsung
Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep), Bisman Bakhtiar, menilai keputusan Korea Selatan memang akan memengaruhi ekspor Indonesia, namun tidak dalam waktu dekat.
“Iya, akan berpengaruh pada ekspor batubara Indonesia ke Korsel, tetapi belum signifikan dalam waktu dekat. Pensiun PLTU adalah agenda global transisi energi yang berjalan bertahap,” kata Bisman kepada Kontan.co.id, Minggu (23/11/2025).
Menurutnya, meski kebutuhan batubara Korea Selatan akan berkurang, permintaan tidak langsung hilang sepenuhnya.
“Penggunaan batubara akan menurun secara bertahap dalam jangka panjang, tetapi tidak akan hilang. Batubara masih tetap eksis dan dibutuhkan,” ujarnya.
Baca Juga: Lonjakan Permintaan Sewa Pabrik Siap Pakai oleh Perusahaan China, Pasokan Masih Minim
Produsen Perlu Adaptasi
Bisman menilai pelaku usaha tambang di Indonesia perlu mengantisipasi perubahan pasar global dengan meningkatkan efisiensi.
“Pelaku usaha harus bersiap jika produksi menurun. Perlu pengetatan biaya operasional serta diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara lain yang masih potensial,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya strategi hilirisasi untuk menghasilkan produk turunan batubara bernilai tambah sebagai bagian dari adaptasi industri terhadap transisi energi.
Baca Juga: Indonesia Gandeng Perusahaan Rusia Bangun Kapal Listrik, Ini Kata Iperindo
Proyeksi Ekspor 2025 Menurun
Dalam catatan Kontan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memproyeksikan penurunan signifikan volume ekspor batubara pada 2025.
Diperkirakan ekspor bakal susut 20 juta–30 juta ton dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai 555 juta ton.
Indonesia Mining Association (IMA) juga memprediksi volume ekspor sepanjang 2025 berada di sekitar 500 juta ton.
Baca Juga: Mentan Beberkan Rencana Peternakan Sapi Rp 2,4 Triliun di Probolinggo dan Indramayu
“Hingga akhir 2025 total ekspor tentu akan turun dibanding 2024. Pemerintah juga sudah memproyeksikan target tahun depan, dengan produksi 739 juta ton dan ekspor 500 juta ton,” ujar Hendra dari IMA.
Target ekspor tersebut terkoreksi 9,9% dari realisasi 2024 yang mencapai 555 juta ton.
Selanjutnya: Kemendagri Harapkan ILASPP Mempercepat Penyelesaian Batas Desa
Menarik Dibaca: Cara Mengaktifkan Fitur Facebook Pro, Ikuti Langkah Demi Langkah Berikut Ini Ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













