Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Musim kemarau mulai mengancam sentra perkebunan, terutama sentra perkebunan teh. Dampak musim kemarau itu bisa mengganggu produksi teh yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga jual teh kering.
PT Perkebunan Nusantara (PTPN VIII), salah satu perusahaan perkebunan teh terbesar di Indonesia, saat ini, membanderol harga jual teh kering pada kisaran US$ 2 per kilogram (kg)-US$ 3,4 per kg, atau naik 11%-41% dibandingkan awal tahun lalu.
Gunara, Sekretaris Perusahaan PTPN VIII bilang, salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan harga teh adalah permasalahan suplai yang berkurang karena cuaca kemarau. "Bulan Agustus sampai September mendatang harga teh akan terus naik," jelas Gunara memprediksi, Rabu (27/6).
Berkurangnya produksi teh pada musim kemarau ini diakui oleh Endang Sopari, Wakil Ketua Asosiasi Petani Teh Indonesia (Aptehindo) Jawa Barat. Endang bilang, penyusutan produksi teh terjadi bertahap sesuai tingkat kekeringan lahan. "Mungkin saja September mendatang produksi teh bisa kosong," jelas Endang.
Sekadar gambaran, produksi rata-rata teh per tahun dari perkebunan PTPN mencapai 2.500 ton per hektare (ha), perkebunan rakyat 700 kg-800 kg per ha, dan perkebunan swasta 1,5 ton-2 ton per ha.
Meski terjadi kenaikan harga jual dari perusahaan, namun harga jual teh petani menurut Endang relatif stabil. Dari awal tahun, harga jual teh milik petani hanya berkisar Rp 1.700 per kg sampai Rp 1.800 per kg. Catatan saja, kondisi teh yang dijual petani masih dalam kondisi basah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News