Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kekeringan yang melanda sebagian wilayah di Pulau Jawa ternyata belum ditanggapi serius oleh pemerintah. Kementerian Pertanian pun (Kemtan) masih santai dan melihat pasokan pangan tahun ini dalam batas aman.
Namun, Kemtan bukan tanpa antisipasi dalam menghadapi kemarau berkepanjangan kali ini. Direktur Budi Daya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kemtan Hasil Sembiring menerangkan bahwa pihaknya sudah memperingatkan pemerintah daerah yang berpotensi mengalami gagal panen akibat kekeringan. Kewaspadaan perlu ditingkatkan jika hingga bulan Oktober mendatang kekeringan tetap terjadi.
Koordinasi dilakukan dalam beberapa cara yaitu dengan penggunaan kalender tanam, penggunaan varietas padi unggul, dan penyimpanan lumbung air yang sudah harus dilakukan sebelum musim kemarau datang.
Selain itu, pemerintah pun sudah mulai menerapkan beberapa kebijakan dalam upaya optimalisasi potensi luas tanam. Di antaranya lewat monitoring kondisi standing crop serta potensi waduk. Kemudian masih ada penerapan dalam penyiapan bibit, pupuk dan alat mesin pertanian yang tepat waktu.
Karena itu, Hasil mengungkapkan, kekeringan yang melanda saat ini belum mengkhawatirkan. Dari sisi rasio luas lahan tanaman tertanam dengan luas kekeringan yang terjadi hingga bulan Agustus pun masih terlampau jauh.
Catatan Kemtan, luas tanaman tertanam pada Januari hingga Agustus 2014 mencapai 8,3 juta hektare (ha). Sedangkan luas lahan kering yang terjadi dalam periode tersebut baru 130.711 ha. "Pasokan pangan aman, cuaca kering hanya sementara dan terjadi pada titik tertentu saja," katanya, Selasa (23/9) kemarin.
Peta kekeringan saat ini baru menyeruak adalah di Kendal, Pati, Rembang, Cirebon dan sebagian Yogyakarta. Lebih lanjut, Hasil menggarisbawahi bahwa kondisi yang ada saat ini belum masuk kategori keadaan ekstrem. Terlebih gagal panen di wilayah tersebut pun masih bisa ditutupi dengan produksi dari daerah lainnya yang belum mengalami kekeringan.
Ini pula yang mendasari keyakinan Kemtan bahwa produksi gabah kering giling (GKG) tahun ini bisa mencapai 70,24 juta ton. Padahal sebelumnya, Kemtan sudah melakukan revisi target produksi GKG hingga tiga kali. Badan Pusat Statistik pun memprediksi produksi tahun ini cuma di kisaran 69 juta ton.
Rendahnya perkiraan produksi GKG sebelumnya didasari adanya proyeksi Badai El Nino pada bulan Juli hingga September tahun ini. Nyatanya, hal tersebut tak terjadi. Sedangkan musim penghujan pun diperkirakan mulai terjadi pada bulan Oktober.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News