Reporter: Rr Dian Kusumo Hapsari | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Meskipun Indonesia telah mengambil alih 100% PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dari tangan PT Nippon Asahan Alumunium (NAA) Jepang sejak 1 November 2013 yang lalu, namun akuisisi ini masih menyisakan permasalahan perbedaan besaran nilai buku Inalum.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa pihak Jepang merasa kecewa dengan proses penyelesaian kerjasama yang di nilai tidak berjalan mulus.
"Jepang sebetulnya merasa kecewa, mengapa pengakhiran perjanjan tidak berjalan dengan mulus seperti yang diharapkannya. Mereka inginnya berjalan sangat mulus karena sudah hampir 30 tahun kerjasama dengan Indonesia dengan baik," katanya, Kamis (14/11).
Ia juga bercerita bahwa pada 30 Oktober yang lalu, NAA sudah melakukan perpisahan dengan baik. Perpisahan yang mengharukan. Tapi ternyata masih ada masalah perbedaan besaran nilai Inalum. "Pihak Jepang maunya berakhir happy ending," ujarnya.
Dahlan menambahkan bahwa Menteri Koordinasi Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa telah menunjuk auditor independen dalam melakukan perhitungan nilai buku Inalum. Hal ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
"Auditor independen ini telah disepakati oleh kedua belah pihak tidak akan berpengaruh kepada pengambilalihan, pihak Jepang telah setuju dengan pengakhiran share transfer," ungkapnya.
Dahlan berharap dengan hasil pertemuan di Singapura pada Senin (12/11) lalu dapat mengakhiri kerjasama ini secara baik."Pengakhiran ini harus happy ending, harus baik," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News