kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Navigat Organik tambah kapasitas listrik dari sampah perkotaan


Kamis, 13 Oktober 2011 / 15:06 WIB
Navigat Organik tambah kapasitas listrik dari sampah perkotaan
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. PT Navigat Organik Energy Indonesia mampu mengubah sampah menjadi sumber energi listrik. Saat ini Navigat sudah berhasil mengolah sampah di tempat pembuangan sampah Bantar Gebang, Bekasi menjadi listrik dengan kapasitas terpasang saat ini mencapai 10 MW.

“Saat ini sudah terpasang 10 MW dan yang sudah beroperasi 8 MW. Kami menjual ke PLN dengan harga Rp 820/kWh,” ujar Direktur Utama Navigat Agus Nugroho Santoso kepada KONTAN di Jakarta, Kamis (13/10).

Apalagi dengan keputusan pemerintah menaikkan harga jual listrik dari sampah perkotaan ke PT PLN, hal itu memberi angin segar bagi perusahaannya untuk terus mengembangkan pembangkit dari sampah perkotaan ini. Targetnya di Bantar Gebang Navigat akan mengolah sampah menjadi listrik hingga mencapai 26 MW hingga 2013.

Tidak hanya di Bantar Gebang, Navigat juga sedang membangun pembangkit jenis yang sama di tempat pembuangan sampah Suwung di Bali. “Di Bali rencananya 10 MW, “ ujarnya.

Perusahaan ini mengembangkan dua jenis pembangkit berbasis sampah perkotaan. Pertama sampah perkotaan jenis zero waste dan jenis landfill. Sampah kota landfill itu merupakan jenis sampah yang baru datang dan dimasukkan ke landfill, kemudian ditutup. “Sampahnya tetap ada, hanya menyusut apabila terjadi pembusukan bakteri,” jelasnya.

Sedangkan sampah zero waste merupakan sampah yang diproses dengan teknologi tertentu sehingga sampah yang masuk jadi nol. “Teknologinya tinggi. Makanya harga jual listriknya lebih mahal,” ujarnya.

Harga jual listrik untuk landfill ditetapkan menjadi Rp 850/kWh. Sedangkan, untuk yang zero waste menjadi Rp 1.050/kWh.
Sebenarnya, kata Agus pihaknya meminta agar harga sampah perkotaan jenis zero waste ini Rp 1.100/kWh. “Tapi dengan diberikan Rp 1.050 paling tidak sudah membantu kami dalam mengembangkan energi terbarukan khususnya dari persampahan kota ini,” tandas Agus.

Agus mengklaim Navigat merupakan satu-satunya perusahaan yang secara serius mengembangkan investasi di sektor sampah perkotaan. “Kita harapkan dengan tarif yang baru ini kita mendapatkan kemudahan dari perbankan untuk mendapatkan pinjaman sehingga kami bisa masuk ke daerah lain,” tandasnya.

Kardaya Wardika, Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan, mengatakan, energi berbasis biomassa, biogas, dan sampah perkotaan memiliki keunggulan sebagai energi yang ramah lingkungan dan bersifat terbarukan. Menurutnya, energi berbasis fosil selain tidak ramah lingkungan juga tidak berkelanjutan, karena itu energi terbarukan perlu dikembangkan terus.

Pemakaian energi dunia saat ini kata dia mencapai 1 miliar barel setra minyak per hari. “Itu besar sekali, tiap tahun pertumbuhannya 7 % jauh lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi,” jelas Kardaya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×