Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan mulai bergeraknya ekonomi seiring dengan kebijakan New Normal, dinilai bisa menjadi sentimen positif bagi bisnis batubara. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) berharap permintaan batubara bisa terangkat, lalu harga dan pasar batubara bisa segera stabil.
Terlebih, menurut Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia, produksi batubara Indonesia masih dominan mengandalkan pasar ekspor, namun demand masih tertekan. "Di tengah pelemahan demand ekspor, penguatan kurs Rupiah seharusnya dapat menjadi sentimen positif bagi pebisnis batubara karena itu adalah salah satu indikator penting bahwa perekonomian nasional sudah berangsur pulih. Hal tersebut memberi optimisme bagi pelaku usaha di tengah kondisi pandemi," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Senin (8/6).
Baca Juga: Kementerian ESDM memproyeksikan harga batubara berada di US$ 59 hingga US$ 61
Sebagaimana yang telah diberitakan dalam Kontan.co.id, Rupiah di kurs tengah Bank Indonesia akhirnya berhasil kembali ke bawah Rp 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Senin (8/6), rupiah di kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) berada di Rp 13.956 per dolar AS.
Dengan ini, rupiah di kurs tengah BI berhasil menguat 1,02% dibanding Jumat (5/6) yang berada di level Rp 14.100 per dolar AS. Ini juga menjadi level terbaik rupiah di kurs tengah BI sejak 25 Februari. Kala itu, rupiah berada di Rp 13.893 per dolar AS.
Sebagai informasi, dari target produksi batubara tahun ini yang sebesar 550 juta ton, sekitar 75% dialokasikan untuk pasar ekspor yakni sebanyak 395 juta ton. Di sisi lain, dalam tiga bulan terakhir, harga batubara yang tercermin pada Harga Batubara Acuan (HBA) terus merosot.
Terbaru, HBA Juni merosot ke angka US$ 52,98 per ton, turun dari HBA di bulan Mei yang sebesar US$ 61,11 per ton. Sepanjang tahun 2019, rata-rata HBA berada di angka US$ 77,89 per ton, sedangkan rata-rata HBA pada Januari-April 2020 hanya sebesar US$ 66,42 per ton.
Baca Juga: Terdampak Covid-19, investasi tambang minerba diperkirakan anjlok 20%-25% dari target
Kementerian ESDM memproyeksikan harga batubara Indonesia pada akhir tahun 2020 berada di rentang US$ 59-US$ 61 per ton. Proyeksi tersebut dikalkulasikan dari berbagai simulasi yang dibuat sejumlah lembaga riset komoditas global.
Sebagai gambaran, IHS Market misalnya, memperkirakan harga batubara pada akhir 2020 berkisar di angka US$ 63 per ton-US$ 64 per ton. Sedangkan proyeksi dari Trading Economic lebih mini, yakni sebesar US$ 55 per ton. Sementara perkiraan Barchart yang menaksir harga batubara di tahun ini sekitar US$ 59 per ton.
Hendra bilang, penguatan kurs rupiah serta kondisi new normal diharapkan menjadi penanda pulihnya ekonomi, yang nantinya juga berimbas pada penguatan pasar domestik. "Sentimen positif ekonomi mulai berangsur pulih. Tentu pengaruhnya bisa ke demand domestik yang nanti bisa berangsur membaik," kata Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News