Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT PP Presisi Tbk (PPRE) sedang gencar dalam meraih kontrak anyar. Hingga Juli 2021, PPRE mengantongi kontrak baru senilai Rp 3,38 triliun atau telah mencapai 92% dari target kontrak baru 2021 yang sebesar Rp 3,67 triliun.
Kendati begitu, PPRE tak mengendurkan upaya untuk meraih kontrak baru. Pada bulan Agustus hingga Desember 2021, anak usaha PT PP Tbk (PTPP) ini masih menjajaki sejumlah proyek untuk bisa mencapai target sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Direktur PPRE Benny Pidakso membeberkan, beberapa kontrak baru yang terus dijajaki pada sisa waktu tahun ini antara lain proyek-proyek yang berasal dari jasa pertambangan dan main contractor pada pekerjaan sipil (civilwork).
"Target penambahan kontrak baru dari RKAP awal kami harapkan mencapai lebih dari Rp 800 miliar," ungkap Benny kepada Kontan.co.id, Minggu (8/8).
Baca Juga: Kantongi Rp 3,38 triliun, 92% target kontrak baru PP Presisi (PPRE) tercapai di Juli
Adapun, pada bulan Juli 2021, PPRE berhasil menambah perolehan kontrak baru sebesar Rp 584 miliar. Total kontrak baru yang telah dikantongi PPRE senilai Rp 3,38 triliun meroket 156% dibandingkan capaian pada Juli 2020 yang sebesar Rp 1,32 triliun.
Raihan itu didapatkan dari proyek rehabilitasi Pamanukan-Palimanan (PUPR-non group) sebesar Rp 66,56 miliar, proyek pekerjaan Jalan KIT Batang 1.4 (PP KSO-group) Rp 39,19 miliar, proyek pekerjaan Hauling Road Upgrading Biri-Biri (Weda Bay Nickel-non group) Rp 51,49 miliar, proyek pekerjaan jasa Hauling Nickel (Weda Bay Nickel-non group) Rp 355,68 miliar, serta kontribusi dari entitas anak PT LMA pada proyek pembangunan Junction Cisumdawu 1 (PP - group) sebesar Rp 42,07 miliar.
Secara komposisi per lini bisnis, pencapaian tersebut didominasi oleh lini bisnis civilwork sebesar 60%, mining services 31%, production plant 6% dan sisanya dari structure work maupun rental heavy equipment.
Benny bilang, upaya diversifikasi yang dijalankan ke jasa pertambangan mampu mengoptimalkan asset alat berat yang dimiliki, sehingga turut mendorong pertumbuhan kinerja PPRE.
"Pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan maupun laba perseroan melalui sustainable income," sambungnya.
Asal tahu saja, pendapatan PPRE hingga akhir 2021 diproyeksikan bisa mencapai Rp 3,2 triliun. Sedangkan laba bersih yang diestimasikan PPRE pada 2021 sebesar Rp 126,3 miliar.
Mengenai kontrak di segmen pertambangan, PPRE menggarap proyek di Weda Bay Nickel. Selain itu, saat ini PPRE juga melaksanakan proyek jasa tambang nikel di Morowali dengan kontrak produksi selama 3 tahun.
Selanjutnya, PPRE juga tengah menjajaki peluang untuk penambahan pekerjaan jasa pertambangan di Weda Bay Nickel, baik untuk mining development maupun mining contractor.
"PPRE juga sedang melakukan negosiasi untuk beberapa proyek jasa tambang lainnya di Sumatra, Kalimantan maupun Sulawesi," ungkap Benny.
Baca Juga: PP Presisi (PPRE) kantongi laba Rp 67,5 miliar hingga paruh pertama 2021
Untuk menopang kinerja pada tahun ini, PPRE menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 336 miliar. Capex itu dianggarkan untuk menambah kapasitas alat berat seiring dengan pertumbuhan perolehan proyek baru maupun peremajaan alat berat.
Penggunaan capex 50% dialokasikan untuk mendukung perolehan proyek-proyek mining services, 20% untuk civilwork, dan sisanya untuk pengembangan sistem IT maupun workshop.
"Adapun realisasi capex hingga Juli 2021 sebesar Rp 151 miliar atau 45% dari total capex yang dianggarkan," tutup Benny.
Selanjutnya: Keyakinan konsumen anjlok, konsumen kembali pesimistis terhadap kondisi ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News