Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nickel Industries Limited (NIC), salah satu dari sepuluh produsen nikel terbesar di dunia, secara resmi mengumumkan komitmennya terhadap aksi iklim di World Climate Action Summit di Uni Emirat Arab.
Sebagai langkah nyata, perusahaan ini berencana mengurangi emisi karbon sebesar 50% pada tahun 2035 dan mencapai target emisi net zero pada tahun 2050.
Dalam konferensi tersebut, Managing Director Nickel Industries, Justin Werner, menegaskan bahwa NIC memainkan peran utama dalam mendorong keberlanjutan industri nikel di Indonesia.
Baca Juga: Tambah Porsi Bauran energi, Nickel Industries Gandeng Sumber Energi Surya Nusantara
Ia menyampaikan komitmen perusahaan untuk mengurangi jejak karbon serta mengembangkan produk yang berkontribusi pada transisi energi global dan keberlanjutan operasional.
Nickel Industries, yang dikenal sebagai produsen nickel pig iron (NPI) global yang signifikan, telah melakukan diversifikasi bisnis dengan memproduksi olahan nikel kelas 1, yang menjadi bagian penting dari rantai pasok baterai kendaraan listrik.
"Diversifikasi ini mencakup konversi sebagian produksi menjadi nickel matte dan akuisisi saham dalam proyek high pressure acid leech (HPAL) Huayue Nickel Cobalt (HNC)," ujarnya dalam siaran pers, Selasa (5/12).
Werner menjelaskan bahwa penggunaan metode HPAL generasi ketiga, praktik pengolahan limbah terbaik, serta penerapan penyimpanan tumpukan kering pada operasional HPAL, telah menghasilkan pengurangan intensitas karbon yang signifikan.
Baca Juga: Bakal Bangun Smelter HPAL di Morowali, Nickel Industries Limited Segera Umumkan FID
Upaya ini, bersama dengan adopsi sumber energi terbarukan di seluruh operasi NIC, memberikan landasan untuk mencapai target pengurangan intensitas karbon sebesar 50% pada 2035 dan emisi net zero pada 2050.
Sebagai bagian dari komitmennya, Nickel Industries telah menandatangani perjanjian dengan PT Sumber Energi Surya Nusantara (SESNA) untuk proyek energi surya berkapasitas 200 MWp + 20 MWh di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Proyek ini, yang merupakan proyek energi surya terbesar di Indonesia, akan menyediakan listrik untuk pabrik pengolahan nikel milik NIC.
Selain itu, NIC juga telah mengambil langkah-langkah konkret seperti pemulihan panas untuk mengurangi penggunaan batu bara dan transisi menuju pemanfaatan bahan bakar hayati (biofuel) guna mengurangi jejak karbon perusahaan.
Baca Juga: Kemenperin Teken MoU di Bidang Industri hingga Negosiasi Upgrading ACFTA 3.0
Prestasi NIC dalam tanggung jawab lingkungan juga terlihat dari penerimaan berbagai penghargaan, termasuk Rating Green Proper dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. Selain itu, perusahaan telah melakukan rehabilitasi lahan seluas 2.000 hektar di Sulawesi Tengah dengan menanam lebih dari 2 juta pohon sejak 2019.
Seluruh upaya ini bukan hanya diarahkan untuk mengurangi dampak lingkungan tetapi juga untuk merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. NIC memproyeksikan pendapatan mencapai US$ 535 per hektar delapan tahun setelah penanaman, menjadikan keberlanjutan lingkungan sebagai inti dari operasional bisnisnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News