Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute sekaligus pengamat start up Heru Sutadi menilai bahwa prospek bisnis e-commerce di Indonesia akan semakin ciamik dan terus meningkat. Bahkan ia memperkirakan nilai transaksi e-commerce di Indonesia akan mencapai US$ 60 miliar atau setara Rp 872 triliun.
Hal ini lantaran adanya pergeseran pola perilaku konsumen ke ranah online sebagai dampak dari pandemi. Sehingga hal tersebut dapat mendorong dan menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi nasional.
“Prospek bisnis e-commerce tentunya akan terus meningkat. Hal ini juga sebetulnya saya sempat khawatir daya beli akan melemah atau menurun tapi ternyata tidak,” kata Heru kepada Kontan.co.id, Jumat (23/4).
Baca Juga: Bukalapak optimis transaksi online akan meningkat jelang lebaran
Ia juga mengatakan, bisnis e-commerce semakin terus bersaing satu sama lain. Menurutnya hal itu disebabkan adanya dampak pandemi Covid-19 yang membuat banyaknya toko-toko offline tutup dan beralih ke toko online.
“Sehingga pengguna juga gencar untuk mencari produk secara online. Apalagi harganya suka miring alias murah meski harap berhati-hati produk yang dijual tidak asli atau bagus produknya,” tambahnya.
Dengan prospek yang semakin cerah tersebut, Heru pun memproyeksikan nilai transaksi e-commerce terkecil di tahun ini dapat mencapai US$ 60 miliar atau sekitar Rp 872 triliun. “Ini kalau mau mencapai nilai transaksi hingga US$ 125 miliar di tahun 2025 maka proyeksinya tahun ini nilai transaksi seharusnya bisa mencapai US$ 60 miliar,” ujarnya.
Sementara jika ingin mencapai nilai transaksi sekitar US$ 200 miliar di 2025, maka di 2021 ini nilai transaksi e-commeece harus pada angka US$ 80 miliar.
Selanjutnya: Jumlah kunjungan lebih dari 141 juta, ini upaya Tokopedia menggaet pasar di Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News