kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Nilai Transaksi Frozen Food Saat Ramadan dan Lebaran Tahun Ini Diprediksi Naik 50%


Rabu, 23 Maret 2022 / 17:41 WIB
Nilai Transaksi Frozen Food Saat Ramadan dan Lebaran Tahun Ini Diprediksi Naik 50%
ILUSTRASI. Nilai transaksi frozen food mencapai Rp 97 triliun pada tahun 2021 lalu.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang masa pandemi Covid-19, bisnis makanan beku atau frozen food meningkat. Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) menyebutkan, pada tahun 2020 saja, nilai transaksi frozen food yang menggunakan rantai pendingin atau cold chain mencapai Rp 80 triliun. Nilai tersebut meningkat lagi pada 2021 lalu yang mencapai Rp 97 triliun.

Ketua Umum ARPI Hasanuddin Yasni mengatakan, di tahun 2022 ini nilai transaksi frozen food yang menggunakan cold chain akan meningkat sebesar 17% secara year on year, atau berada di angka Rp 114 triliun.

Salah satu pemicu penting di dalam peningkatan bisnis cold chain ada di rantai middle mile atau transportasi dan di rantai last mile alias penyedia jasa layanan pengiriman.

"Peningkatan infrastruktur cold chain juga terpicu dari pendistribusian vaksin, perubahan gaya hidup, misalnya adanya menu pilihan ready to cook dan ready to eat, serta kelompok urban," kata Hasanuddin kepada Kontan.co,id, Rabu (23/3).

Baca Juga: ARPI: End Users Menunda Instalasi, Industri Rantai Pendingin Naik Tipis 9% di 2021

Jelang Ramadan, ARPI memprediksi, nilai transaksi frozen food menggunakan rantai pendingin akan kembali meningkat. Walau diiringi dengan kenaikan harga minyak goreng, kenaikan permintaan frozen food melalui cold chain diproyeksi sekitar 40% sampai 50%.

Ia melanjutkan, proyeksi tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada momen Ramadhan dan Lebaran tahun lalu yang mencapai 60% sampai 70% secara tahunan.

Menurutnya, harga pangan dunia saat ini mulai merangkak naik, dan ini memicu pembelian kebutuhan makanan dipercepat atau dapat disimpan oleh rumah tangga. Walau harga minyak goreng mengganggu harga makanan jadi dan daya beli masih lebih rendah dibanding sebelum pandemi, kebutuhan makanan pokok di bulan puasa tahun ini tetap meningkat.

"Dengan demikian, kenaikan di tahun sebelumnya berkisar 60-70%, tahun ini hanya berkisar 40-50%," kata Hasanuddin.

Menghadapi lonjakan permintaan frozen food menggunakan suply chain ini, ARPI telah mempersiapkan diri dengan layanan proses pemesanan dan pembayaran yang lebih mudah dan efisien. Yakni melalui marketplace dan e-commerce yang diantisipasi oleh industri penyedia jasa pengiriman.

Melalui strategi ini, penyedia jasa pengiriman akan berkolaborasi dengan industri penyedia jasa transportasi dan penyimpanan dingin atau hub storage (collecting point storage). Jasa penyimpanan dingin ini juga tersedia dalam berbagai kapasitas, mulai dari small, medium, hingga ukuran chamber.

"Dari sub sektor industri ini, nantinya juga akan bermunculan industri cold chain level UMKM yang terus bertumbuh," imbuh dia.

Baca Juga: Jelang Ramadan dan Lebaran, Sreeya Sewu (SIPD) Prediksi Kenaikan Penjualan 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×