Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) akan semakin gencar melakukan ekspansi di bisnis energi, setelah perusahaan resmi melepas bisnis menara telekomunikasinya. Dalam pengembangan bisnis energi, perusahaan memilih fokus pada pengembangan sektor energi terbarukan.
Dalam lima tahun ke depan, Nusantara Infrastructure lewat anak usahanya PT Energi Infranusantara menargetkan, bisa memiliki konsesi pembangkit listrik dengan kapasitas 300 Megawatt (MW). Sementara saat ini, perusahaan baru memiliki konsesi 15 MW yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hydro (PLTMH) Lau Gunung.
Tahun ini, META akan menganggarkan belanja modal (capex) sekitar 400 miliar untuk mendukung ekpansi bisnis energi. Dana tersebut akan dipakai untuk berinvestasi di konsesi baru dan melanjutkan pembangunan PLTMH Lau Gunung.
"Kita berharap bisa mendapatkan konsesi baru tahun ini," kata Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs META pada Kontan.co.id, Jumat (8/6).
Dalam berinvestasi di energi terbarukan, META akan lebih fokus pada pengembangan pembangkit listrik Mini Hydro dan juga Byomass (sampah).
Perusahaan juga akan menjalin konsorsium baik dengan perusahaan BUMN dan maupun perusahaan swasta dalam membidik konsesi baru.
Sayang, Deden tidak bersedia menyebutkan mitra strategis yang akan digandeng perusahaan dalam mengincar konsesi baru. Hanya yang jelas, proyek pembangkit listrik yang diincar perusahaan ada di Pulau Sumatera dan Sulawesi.
META berharap dari target 300 MW dalam lima tahun ke depan tersebut sekitar 200 MW sudah beroperasi pada tahun 2023. Dengan begitu, bisnis energi sudah akan menyumbang kontribusi yang cukup besar ke pendapatan perusahaan pada tahun tersebut.
Sementara untuk membangun PLTMH Lau Gunung, META menjalin konsorsium bersama dengn PTPP. Kepemilikan saham perusahaan di pembangkit listrik tersebut sebesar 54,64%. Proyek ini masih dalam proses konstruksi dengan total investasi sekitar Rp 420 miliar.
META menargetkan PLTMH Lau Gunung akan beroperasi pada kuartal III 2019. Tahun depan, pembangkit listrik itu diperkirakan akan menyumbang pendapatan sekitar Rp 30 miliar.
Deden melihat tantangan di sektor energi terbarukan saat ini memang masih besar, tetapi perusahaan tetap memilih untuk gencar berinvestasi di sektor tersebut karena di saat yang sama potensi bisnisnya juga besar.
"Pemerintah belum total mendukung melalui peraturan sehingga menimbulkan keraguan-keraguan investor. Padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar." kata Deden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News