Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi produsen kantung plastik, PT Panca Budi Idaman Tbk (PBID) fluktuasi harga minyak mentah memang turut mempengaruhi harga bahan baku pabrikan, yakni biji plastik. Namun hal itu tak menjadi soal lantaran perseroan cukup percaya diri masih mendapatkan pasokan bahan baku dengan harga yang kompetitif.
Tan Hendra, Direktur PBID mengatakan harga minyak memang berkorelasi terhadap harga bahan baku perseroan. "Hanya saja tidak secara langsung, sebab belakangan produksi biji plastik (energinya) tidak hanya dari minyak tapi juga bisa dari gas maupun batubara," sebutnya kepada Kontan.co.id, Kamis (25/10).
Disamping itu, kata Tan, dengan adanya peningkatan kapasitas produksi dari beberapa industri hulu yakni produsen biji plastik di berbagai negara akan membuat harga biji plastik lebih kompetitif. Menurut laporan keuangan semester I 2018, pemakaian bahan baku PBID mengalami kenaikan hampir 25% menjadi Rp 795 miliar year on year (yoy).
Salah satu supplier bahan baku PBID ialah Chevron Phillips Chemical Asia Pte. Ltd. Yang mendominasi 10% pemakaian bahan baku selama enam bulan pertama tahun ini, yakni Rp 209 miliar. Pembelian kepada supplier tersebut mengalami kenaikan 32% dibandingkan semester-I 2017 menjadi Rp 158 miliar.
Meski belanja bahan baku naik, Tan tak merasa khawatir lantaran perseroan melakukan hedging terhadap kewajiban dolar AS sembari meningkatkan stok bahan bakunya. Bicara soal raihan di kuartal-III 2018 manajemen meyakini kinerja perseroan masih sesuai dengan rencana untuk menggapai target sampai akhir tahun ini.
Seperti yang diketahui, perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis sekitar 12% sepanjang 2018 ini. Tan mengatakan perusahaan memasang strategi bisnis salah satunya dengan pengembangan pasar yaitu memperluas pangsa pasar dan jangkauan distribusi dengan pendirian gudang di beberapa tempat salah satunya gudang distribusi di jawa tengah.
"Juga peningkatan kapasitas produksi di masing-masing pabrik, dan efisiensi biaya produksi dengan pertimbangan UMR di jawa tengah lebih rendah," ungkapnya. Seperti yang diketahui, tahun ini perseroan mematok produksi mencapai 90.000 ton.
Masuk 2019 nanti, PBID melihat ada peluang yang bisa dimanfaatkan selama tahun politik tersebut. Perseroan berharap konsumsi yang diprediksi meningkat tahun depan berdampak positif bagi bisnis kantung plastik.
"Karena kantong plastik merupakan kebutuhan sehari-hari dan barang substitusi lain yang lebih mahal serta dengan kegiatan pemilu yang membutuhkan logistik ke semua area di indonesia tentunya tidak terlepas dari pemakaian plastik dalam berbagai macam bentuknya," urai Tan.
PBID dikenal dengan beberapa brand kantung plastik seperti "Tomat" dan "Wayang". Pangsa pasar untuk brand (brand share) di jenis kantung plastik Polyethylene (PE) merek "Tomat" menguasai pasar 83,8% sedangkan untuk jenis Polypropylene (PP) juga dikuasai brand "Wayang" sebesar 65,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News