Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Perkembangan industri nikel Indonesia menarik perhatian organisasi internasional.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan, dalam kunjungan ke Portugal, pihaknya melakukan pertemuan dengan sejumlah negara membahas nikel.
Sejumlah negara ini tergabung dalam International Nikel Study Group (INSG).
"Dulu kita pernah, (saat) pertama kali berdiri tahun 1990 ada delegasi kita yang dipimpin Dirjen pada saat itu. Tapi kemudian kita 2006 keluar karena ada masalah Portugal itu di Timor-Timur. Sekarang mereka mengajak kita untuk masuk kembali tapi kita lagi mempertimbangkan," kata Irwandy di Kementerian ESDM, Kamis (2/5).
Baca Juga: Harga Nikel Dalam Tren Meningkat, Kementerian ESDM: Berdampak Positif ke Emiten
Asal tahu saja, dengan potensi cadangan bijih nikel yang kini mencapai 5,3 miliar ton, Indonesia memang menjadi salah satu pemain utama dalam industri nikel. Terlebih, upaya hilirisasi yang di gaungkan dalam beberapa tahun terakhir cukup terlihat hasilnya di sektor nikel di mana banyak investasi smelter yang terjadi di Indonesia.
Salah satu pemicunya yakni penutupan ekspor bijih nikel pada awal 2020 silam. Sejak itu, investasi fasilitas pemurnian dan pengolahan nikel di Indonesia tumbuh bak jamur di musim hujan.
Dalam pemberitaan Kontan, Indonesia bisa menaikkan nilai ekspor lebih dari 10 kali kurang dari 10 tahun. Sebagai gambaran di 2014 nilai ekspor derivatif nikel hanya mencapai US$ 3 miliar tetapi di tahun lalu mencapai US$ 34 miliar. Adapun angka ini diproyeksikan akan terus tumbuh jika Indonesia dapat memproduksi baterai lithium pada 1-2 tahun ke depan.
Selanjutnya: Laba Triputra Agro (TAPG) Naik 25,8% di Kuartal I 2024, Simak Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Kemnaker bakal Perbanyak Kompetensi Tenaga Kerja Tersertifikasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News