Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. OYO Hotels and Homes, merevisi modal kerja dari US$ 100 juta menjadi US$ 300 juta tahun ini. Penambahan modal ini, selaras dengan kinerja OYO yang bisa mencapai target ekspansi 100 kota sebelum akhir tahun 2019.
Sebagai informasi, tahun lalu, perusahaan asal India ini mengantongi modal US$ 100 juta yang didapat dari beberapa investor seperti SoftBank Vision Fund, Sequoia Capital, Lighspeed Ventures, Hero Enterprise, China Lodging Group, dan AirBnB.
Baca Juga: Gapura Prima gandeng OYO operasikan proyek Villa Ubud Anyer
Agus Hartono Wijaya, Country Head of Business OYO Indonesia menjelaskan penambahan alokasi dana difokuskan untuk menjangkau dan mengakomodir lebih banyak kota di Indonesia.
"Jadi pihak head quarter memutuskan menambahkan modal karena melihat performa yang cukup bagus di Indonesia. Dari sini, kami alokasikan selain menjangkau kota dan memaksimalkan yang sudah ada, kami ingin meningkatkan pembangunan properti yang bagus untuk pemilik aset," jelasnya di Jakarta Pusat, Rabu (4/9)
Walau belum menjabarkan lebih jauh mengenai target ekspansi selanjutnya, Agus berkata iklim politik dan pemerintahan saat ini jauh lebih kondusif dan suportif bagi bisnis OYO.
Agus berkata, saat ini pembangunan infrastruktur pemerintah sudah banyak yang selesai dan bisa dinikmati. Penekanan pada sektor ekonomi kreatif juga, dinilai menjadi salah satu perhatian pemerintah.
Baca Juga: OYO Rooms sebut pasar Indonesia sangat potensial
Ke depannya, dalam berekspansi ke kepulauan kecil pihaknya juga mengaku terbuka untuk menyatu (coexist) atau bekerjasama dengan homestay lokal. "Kami tidak melihat adanya hal yang menghalangi kami bekerjasama dengan pemilik homestay di kepualaun kecil," tambah Risabh Gupta, Country Head OYO Hotels and Homes, Rabu (4/9).
Pihaknya juga tidak melihat kasus kerusuhan di Papua, kenaikan harga tiket pesawat, serta perlambatan wisatawan ke daerah Indonesia Timur sebagai ancaman terhadap bisnisnya.
Pihaknya optimistis bisa menghadirkan ekosistem yang lebih positif dengan pembukaan lapangan kerja baru dan pelatihan kepada calon staf mengenai pelayanan hotel.
"Lagipula, tidak semua orang Indonesia bepergian menggunakan pesawat. Ada yang menggunakan mobil, bus, kereta, dan lainnya untuk mencapai tujuan. Maka kami pikir, kenaikan harga pesawat tidak terlalu signifikan mempengaruhi bisnis kami," pungkas Rishabh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News