kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pabrik ammonia jadi, pendapatan ESSA akan terbang


Senin, 09 Oktober 2017 / 20:19 WIB
Pabrik ammonia jadi, pendapatan ESSA akan terbang


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangun pabrik pengolahan amonia PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) segera akan selesai. Pabrik yang dibangun di Kecamatan Banggai, Sulawesi Tengah ini bahkan sudah memasuki tahapan akhir penyelesaian proyek dan akan segera uji coba bulan depan.

Mengutip materi presentasi, Surya Esa menggelontorkan investasi US$ 604 juta hingga Agustus 2017. Realisasi kucuran dana itu setara dengan realisasi penyelesaian fisik sebesar 94%. ESSA membangun pabrik bernilai investasi US$ 830 juta ini dengan menggunakan dua sumber pendanaan, yakni ekuitas internal serta instrumen pinjaman. Ditargetkan pada Januari 2018 pabrik tersebut mulai beroperasi secara komersial.

Prakash Bumb, Vice President Finance PT Surya Esa Perkasa mengungkapkan, adanya pabrik ini akan mengubah proporsi pendapatan. Sebanyak 70% lebih pendapatan akan didapat dari penjualan ammonia dan sisanya dari LPG. "Pembeli utama 100% dari Mitsubishi Corporation Jepang. Mereka nanti jual lagi hasil olahannnya ke pabrik lain," kata Prakash dalam paparan publik, Senin (9/10).

Jika tak ada aral melintang, pabrik amonia ini akan memproduksi 2.000 ton amonia per hari atau 700.000 ton per tahun. Menurut Surya Esa, harga jual amonia ini lebih tinggi ketimbang harga LPG yang saat ini jadi pendapatan utama.

Sehingga secara pendapatan diprediksi akan meningkatkan lebih dari 300%. Tahun ini diprediksi pendapatan sebesar US$ 35 juta atau naik 20% dibanding tahun 2016 sebesar US$ 29 juta.

Maka dengan beroperasinya pabrik baru, pendapatan Surya Esa tahun depan akan menjadi US$ 150 juta. "Kami harap di bottomline juga akan meningkat," katanya.

Mukesh Agrawal, Technical Director ESSA menjelaskan, perusahaan tetap melirik usaha baru di bidang minyak, gas dan petrokimia. Apalagi disribusi LPG di Indonesia kebutuhannya besar. "Kami juga evaluasi LNG terminal karena infrastruktur pipanya sedang dibangun dan juga kilang elpiji baru kita akan evaluasi," kata Mukesh, Senin (9/10).

Meski belum jelas proyek baru tahun depan, ESSA tetap menyiapkan alokasi belanja modal US$ 100 juta.

Penjualan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) periode Januari hingga Agustus 2017 meningkat seiring dengan pertumbuhan produksi LPG. Mengutip materi presentasi ESSA, pendapatan ESSA tercatat US$ 22,4 juta, naik 15% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 19,4 juta.

Kenaikan itu didorong oleh meningkatnya produksi LPG ESSA yang mencapai 45.867 metrik ton (mt) sepanjang periode Januari-Agustus 2017. Jika dibanding Januari-Agustus 2016, angka produksi itu naik 5%.

Pada saat yang bersamaan, rata-rata harga jual LPG ESSA naik cukup signifikan, sekitar 36% menjadi US$ 427 per metrik ton dari sebelumnya US$ 313 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×