kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pabrik baterai mobil listrik, Kemenko Marves: 60% nikel harus diolah di Indonesia


Selasa, 15 Desember 2020 / 16:09 WIB
Pabrik baterai mobil listrik, Kemenko Marves: 60% nikel harus diolah di Indonesia
ILUSTRASI. Indonesia mengajukan syarat agar 60% dari nikel yang akan dipasok dapat diproses menjadi baterai mobil listrik di Indonesia.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

Saat ini, ada dua perusahaan electric vehicle (EV) battery global yang sedang melakukan penjajakan kerja sama yakni konsorsium CATL asal China, serta LG Chem Ltd dari Korea Selatan. Untuk CATL, pembahasan kerjasama sedang dilakukan bersama ANTM. Kesepakatan awal (MoU) pun sudah diteken.

Sedangkan untuk LG Chem, penjajakan sudah dilakukan melalui ANTM dan Badan Koordinasai Penanaman Modal (BKPM). Namun negosiasi lanjutan akan dikerjakan oleh Pertamina. "Jadi CATL akan lanjut negosiasi dengan Antam, untuk LG Chem negosiasinya dipimpin oleh Pertamina. Ini pembagian tugas, sesuai arahan Menteri BUMN supaya bisa berjalan dengan cepat rencana untuk holding baterai ini dan kerjasama dengan mitra-mitra asing," jelas Orias.

Targetnya, skema kerja sama dengan calon mitra yakni konsorsium CATL dan LG Chem bisa rampung di awal 2021. "Diharapkan awal tahun depan bisa ada kesepakatan dengan calon mitra dan di dalam value chain baterai ini, baik tambang sampai dengan battery pack dan masuk sampai ke pada daur ulangnya, bisa sepakati. Jadi ini yang disiapkan, dan negosiasi berjalan terus dengan masing-masing pihak," terang Orias.

Investasi baterai kendaraan listrik ini juga terkait dengan strategi hilirisasi tambang, khususnya nikel. Kata Orias, Menteri BUMN Erick Thohir pun meminta agar proses hilirisasi nikel tak lagi berhenti pada ekspor produk setengah jadi. Menurutnya, harus ada batas minimal 60%-70% pengelolaan nikel di dalam negeri untuk industri baterai.

"Berdasarkan instruksi dari Pak Menteri BUMN, bahwa nikel yang diproses harus sampai baterai, minimal 60%-70% yang diserahkan untuk diproses itu jangan setengah jalan, tapi sampai ke baterai pack ke bawahnya," imbuh Orias.

Selanjutnya: Indonesia bersaing dengan India dan Thailand untuk tarik investasi Tesla

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×