Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah akan menghasilkan stainless steel hingga 3 juta ton per tahun pada 2018. Sementara, tahun ini, kawasan tersebut menargetkan produksi stainless steel hingga 2 juta ton.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, kapasitas produksi bisa meningkat karena beberapa industri pengolahan dan pemurnian (smelter) berbasis nikel di kawasan tersebut telah menyatakan minat perluasan usaha dalam waktu dekat.
Pada Jumat (3/3), Airlangga Hartarto bertemu dengan Chairman Tsingshan Holding Group Tiongkok, Xiang Gangda serta Duta Besar RRT untuk Indonesia, Xie Feng di Kementrian Perindustrian. Pertemuan juga dihadiri Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto, serta delegasi dari Bintang Delapan Group, PT Sulawesi Mining Investment dan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
“Selain melaporkan mengenai rencana ekspansi stainless steel, mereka juga ingin memproduksi carbon steel. Untuk itu, mereka meminta beberapa fasilitas insentif seperti kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dan master list peralatan industri,” papar Airlangga di Jakarta, Jumat (3/3).
Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto menyampaikan, kawasan yang dikelola oleh PT IMIP tersebut meminta agar ditetapkan sebagai obyek vital nasional. Diharapkan, status tersebut dapat memberikan jaminan keamanan dan kelancaran bagi investasi dan kegiatan produksi industri, termasuk perlindungan para karyawan.
“Karena investasi mereka cukup besar. Misalnya untuk investasi produksi carbon steel sebanyak 4 juta-5 juta ton per tahun, diprediksi mencapai US$ 4-US$ 5 miliar,” ungkapnya.
Merujuk data PT IMIP, proyek baru di kawasan industri Morowali yang dilaksanakan pada tahun 2017-2018, antara lain pabrik stainless steel PT Sulawesi Mining Investment untuk kapasitas produksi stainless steel slab sebesar 1 juta ton per tahun dengan nilai investasi mencapai US$ 62 juta. Selanjutnya, PT IMIP akan membangun PLTU dengan kapasitas 2x350 MW senilai US$ 500 juta.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat, kawasan industri Morowali dengan luas 2.000 hektare akan menarik investasi sebesar US$ 6 miliar atau mencapai Rp 80 triliun dengan menyerap tenaga kerja langsung sekitar 26.000 orang dan tidak langsung sebanyak 80.000 orang hingga tahun 2019. Target ini akan terealisasi apabila pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan beberapa industri hilir lainnya telah beroperasi.
Sebelumnya, Menperin menyatakan, kawasan industri Morowali turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri. “Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel,” jelasnya.
Perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di kawasan industri Morowali, antara lain telah beroperasinya industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300.000 ton per tahun sejak Januari 2015. Pabrik ini didukung satu unit PLTU dengan kapasitas 2x65 MW. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun.
Selanjutnya, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600.000 ton per tahun dan didukung satu unit PLTU berkapasitas 2x150 MW. Pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.
Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600.000 ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60%.
Industri smelter lainnya, yakni PT Broly Nickel Industry. Pabrik Hidrometalurgi ini memiliki kapasitas nickel matte sebanyak 2.000 ton per tahun, yang akan dikembangkan menjadi 8.000 ton per tahun nikel murni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News