Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) masih berupaya meningkatkan kinerjanya di sisa tahun ini. Hal tersebut perlu dilakukan lantaran kinerja keuangan perusahaan belum benar-benar meyakinkan.
Melihat laporan keuangan kuartal III-2019, BOSS berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 189,46 miliar atau tumbuh 3,40% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp 183,22 miliar.
Baca Juga: Kemenkeu catat penerimaan pajak sektor pertambangan menurun tajam
Direktur Keuangan BOSS Widodo Nurly Sumady mengatakan, peningkatan pendapatan tersebut disebabkan BOSS memproduksi batubara berkalori tinggi dengan kadar abu dan sulfur yang rendah. Jenis batubara ini masih banyak diminati oleh pasar yang membutuhkan standar tinggi dalam mengimpor komoditas tersebut.
Saat ini, pangsa pasar ekspor terbesar bagi BOSS adalah Jepang yakni sebesar 90%. Kemudian diikuti oleh Korea Selatan dan Filipina masing-masing sebesar 5%.
Akan tetapi, tren penurunan harga batubara global harus diakui cukup mempengaruhi kinerja BOSS. Terbukti, laba bersih perusahaan tergerus 94,07% (yoy) menjadi Rp 1,79 miliar di kuartal tiga lalu. Di periode yang sama tahun sebelumnya emiten ini meraih laba bersih sebesar Rp 30,22 miliar.
Ditambah lagi, BOSS mengalami lonjakan beban pokok penjualan yang signifikan di kuartal tiga lalu yakni sebesar 15,38% (yoy) menjadi Rp 118,11 miliar. “Kenaikan tersebut disebabkan pengaruh peningkatan beban produksi dan pengembangan wilayah tambang oleh perusahaan,” ujar Widodo, hari ini.
Baca Juga: Laba Borneo Olah Sarana Sukses (BOOS) merosot 94,07% menjadi Rp 1,79 miliar
Meski begitu, Widodo menilai, BOSS masih berada di jalur yang benar untuk mencapai kinerja positif sepanjang tahun ini. Apalagi, kinerja operasional perusahaan tergolong ciamik. Lihat saja, hingga kuartal tiga lalu perusahaan mampu memproduksi 342.515 ton batubara atau meningkat 101% (yoy) dibanding kuartal yang sama di tahun lalu.
Pihak BOSS optimistis target produksi batubara sebanyak 600.000—800.000 ton di akhir tahun nanti dapat tercapai.
Untuk mencapai target tersebut, BOSS telah melakukan penandatanganan perjanjian fasilitas kredit modal kerja sama antara PT Pratama Bersama dan PT Bank Resona Perdania senilai US$ 3,5 juta pada pertengahan tahun ini. Tujuannya untuk membantu peningkatan produksi dari tambang batubara BOSS.
“Saat ini BOSS dapat berproduksi rata-rata 75.000 ton per bulan atau naik dari rata-rata produksi tahun lalu yang hanya sekitar 25.000 ton per bulan,” terangnya.
Di sisi lain, musim kemarau berkepanjangan menjadi tantangan bagi BOSS mengingat hal tersebut menyebabkan kekeringan di sejumlah sungai di Indonesia, termasuk di Kalimantan. Untuk mengantisipasi musim kemarau di tahun depan, perusahaan telah menyiapkan transshipment solution (floating conveyor) di Sungai Mahakam yang sudah mulai beroperasi sejak akhir Oktober lalu.
Baca Juga: Sejumlah perusahaan batubara pasang strategi ini hadapi penurunan pendapatan
Hal ini dapat mengurangi dampak dari musim kemarau di kemudian hari, sehingga BOSS dapat melakukan pengiriman batubara dalam jumlah yang lebih besar. “Ditargetkan mulai Desember 2019, BOSS sudah bisa melakukan pengiriman dengan supramax size vessel sekitar 50.000 ton,” ungkap Widodo.
Dia juga yakin tren penurunan harga batubara tidak terus-terusan mengganggu kinerja BOSS di sisa tahun ini. Sebab, biar bagaimanapun permintaan terhadap batubara berkalori tinggi hasil produksi BOSS masih berpotensi meningkat di masa mendatang.
Widodo pun menyebut, sebagian besar batubara BOSS sudah dipesan sampai tahun 2020 oleh Glencore International AG, Itochu Corporation, China Coal Solution, hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News