Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak sawit pada Januari 2021 sebesar 2,86 juta ton mengalami penurunan sebesar 18,47% dibandingkan Desember 2020.
"Hal ini kemungkinan karena ekspor Desember 2020 sangat tinggi yaitu 3,5 juta ton, yang merupakan tertinggi sepanjang 2020 sehingga tersedia stok yang cukup tinggi di negara-negara importir," ujar Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono dalam keterangan tertulis, Rabu (17/3).
Dari sisi nilai, nilai ekspor Januari 2021 pun mengalami penurunan sekitar 8% dari Desember 2020 menjadi US$ 2,59 miliar.
Baca Juga: Harga minyak mentah dan CPO atraktif pekan ini, ini rekomendasi saham pilihan Mirae
Adapun, penurunan ekspor terbesar terjadi pada crude palm oil (CPO) yang menurun sebesar 54,6% dari bulan sebelumnya. Ekspor CPO di Januari 2021 menjadi 333.000 ton. Lalu ekspor oleokimia di Januari sebesar 292.000 ton, menurun 8,75% dari bulan sebelumnya.
Mukti menyebut, penurunan ekspor oleokimia ini merupakan penurunan pertama kali sejak Januari 2020.
Ekspor olahan CPO juga menurun 7,7% mom, dari 2,27 juta ton di Desember menjadi 2,09 juta ton di Januari. Penurunan juga terjadi untuk ekspor CPKO, Olahan CPKO hingga biodiesel.
Berdasarkan negara tujuannya, ekspor Januari 2021 ke China turun paling banyak atau menurun 28% mom, ke Malaysia turun 77% mom, ke India turun 41% mom dan ke Belanda turun 81% mom.
Baca Juga: Harga CPO meningkat, simak rekomendasi saham emiten sawit berikut
Sementara itu, ekspor ke Myanmar dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Pada Januari 2021 terjadi kenaikan ekspor ke Myanmar sebesar 51%.
Lebih lanjut, Mukti menerangkan bahwa minyak sawit Indonesia diekspor ke sekitar 160 negara sejak 2017. 3 negara tujuan ekspor tertinggi adalah China, India dan Pakistan.
Dia juga menyebut bahwa Belanda, Malaysia, Spanyol dan Amerika Serikat berada pada peringkat 4 hingga 8. Bangladesh, Italia dan Mesir berada pada peringkat 7 hingga 10 sementara Myanmar selalu berada pada peringkat 11-12.
Selanjutnya, Rusia pada peringkat 12 atau 13, Philipina dan Korea selalu berada pada peringkat 14-15, Jepang pada peringkat 16-17 dan beberapa negara seperti Singapura, Vietnam, UEA, Ukraina, Afrika Selatan dan Tanzania konsisten berada dalam kelompok 20 besar.
Baca Juga: Harga dan produksi CPO diperkirakan stagnan, begini rekomendasi saham AALI
"Ekspor ke negara-negara ini mencapai 87%-90% dari ekspor Indonesia. Hubungan bilateral dengan negara-negara pengimpor tradisional yang mempunyai prospek perlu terus ditingkatkan untuk menjaga dan meningkatkan ekspor produk kelapa sawit Indonesia," tambah Mukti.
Menurut Mukti adanya hasil referendum Swiss terhadap produk minyak sawit pun menunjukkan kepercayaan masyarakat Swiss terhadap produk minyak sawit Indonesia.
Meski ekspor minyak sawit Indonesia ke Swiss sangat kecil, diharapkan hasil referendum tersebut juga akan meningkatkan kepercayaan negara Eropa lain, termasuk Uni Eropa dalam penerapan produksi sawit berkelanjutan di Indonesia.
Selanjutnya: Saraswanti Anugerah Makmur (SAMF) targetkan pendapatan tahun ini tumbuh 15%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News