kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pakuwon Jati (PWON) bangun kondominium


Senin, 01 Juli 2019 / 20:51 WIB
Pakuwon Jati (PWON) bangun kondominium


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) masih optimistis melihat penjualan segmen kondominium di tengah rendahnya penyerapan pasar kondominium. Menilik riset dari Savills Indonesia, pada kuartal I 2019, serapan pasar kondominium hanya 430 unit dari 1.100 unit.

Tekanan harga jual ikut terjadi, harga rata-rata kondominium per meter persegi turun 0,3% di angka Rp 26,3 juta dibandingkan tahun lalu. 

"Secara garis besar sebenarnya saat ini, pasar properti memang sedang tidak bergairah. Kuartal I 2019, ada gonjang-ganjing politik seperti Pemilihan Presiden. Salah satu faktor ini menahan orang untuk melakukan pembelian," tutur Stefanus Ridwan selaku Presiden Direktur PWON kepada Kontan, Senin (1/7).

Tak hanya itu, Stefanus menyebut jika harga kondominium juga cukup tinggi saat ini. Pembeli pun juga makin 'picky' dengan melihat latar belakang perusahaan yang mengembangkan, sebab hal itu menjadi penentu kelancaran pembangunan dan perawatan gedung.

"Namun walau begitu, kemunduran penjualan kondominium tidak serentak terjadi di semua daerah, efeknya tidak menyeluruh. Memang ada yang ditinggalkan, tapi tidak sedikit yang makin bagus," lanjut Stefanus.

PWON sendiri dikenal sebagai perintis konsep pembangunan hunian superblok yang mengintegrasi kondominium, shopping mall, kantor dan hotel dalam skala besar. Pihaknya pun masih mendulang keuntungan dari segmen penjualan kondominium dengan kontribusi 29,5% dari total pendapatan tahun buku 2018 sebesar Rp 7,08 triliun.

"Kami masih dapat keuntungan yang lumayan. Tahun lalu bahkan ada kenaikan sekitar 25%. Di kuartal I 2019, pendapatan naik 4%," ujarnya.

Dirinya melanjutkan, pada 2019 pihaknya bahkan akan membangun 4 kondominium di daerah Bekasi Barat di atas lahan 3 hektar dengan nilai modal sekitar Rp 2 triliun. Saat ini, pihaknya memasuki tahap perizinan dan rencananya pembangunan dilakukan akhir 2019.

"Kami tetap optimis dengan terus membangun. Selama proyek, kualitas, dan harga tepat, pasti ada yang membeli," imbuh Stefanus.

Pada kuartal I 2019, PWON mengantongi pendapatan Rp 1,71 triliun, meningkat 4,26% dan laba sebesar Rp 720 miliar, meningkat 28% dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama.

Sementara itu, berdasarkan data keterbukaan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), PWON mendapat peningkatan pendapatan dari penjualan kondominium dan penyewaan kantor sebesar Rp 1,74 triliun pada kuartal III 2018, meningkat 7,24 secara tahunan.

"Strategi yang perlu ditekankan, kita tidak bisa menjual kondominiumnya saja, fasilitas lainnya harus jelas, bagaimana keadaan sekitarnya, apakah mall bagus, apakah parkir memadai? Hal seperti itu perlu dipertimbangkan sebab orang tidak hanya lihat harga tapi juga experience lain. Begitu pemasarannya," lanjut Stefanus.

Senada, Yustinus Ho dari Century 21 mengatakan pemilihan lokasi kondominium perlu memperhatikan lokasi pilihan publik. "Misalnya ada master plan dari pemerintah kota dan infrastruktur terpadu," ungkapnya kepada Kontan, Senin (1/7).

Dirinya juga berpendapat pasar kondominium dan apartemen masih sama, di beberapa tempat masih bagus. Termasuk di lokasi utama atau prime seperti Jakarta.

"Kalau saya sendiri melihat pasar kondominium masih ada potensi untuk tumbuh yang sangat besar. Mengingat lahan makin terbatas di Jakarta, lokasi prime atau strategis sudah hampir tidak ada lagi di tempat lain," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×