kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Paling cepat, Bumi Resources dapat memproduksi di tambang Dairi pada akhir tahun 2020


Senin, 22 Oktober 2018 / 17:18 WIB
Paling cepat, Bumi Resources dapat memproduksi di tambang Dairi pada akhir tahun 2020
ILUSTRASI. Bumi Resources


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) akan mengembangkan proyek pertambangan seng dan timah di Dairi, Sumatera Utara. Pertambanagn ini dikembangkan melalui anak usahanya, PT Dairi Prima Mineral (DPM).

Sebelumnya, saham DPM dimiliki 80% oleh BRMS, dan 20% sisanya dipunyai oleh PT Aneka Tambang (Antam). Pada permulaan tahun ini, 20% saham Antam di DPM terebut diambil alih seluruhnya oleh BRMS seharga US$ 57,21 juta.

Kemudian, pada September lalu, BRMS menjual 51% saham DPM ke NFC China. Nilai dari penjualan saham itu sebesar US$ 198 juta, yang akan digunakan untuk mengelola neraca perusahaan. Termasuk dialokasikan untuk mengembangkan proyek pertambangan perusahaan, khususnya seng di Dairi, serta proyek pertambangan emas dan tembaga di Sulawesi.

Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk membayar 20% saham yang dibeli dari Antam. “Dari hasil penjualan itu, pada bulan September 2018, sebanyak US$ 22 juta dipakai untuk pembayaran pertama kepada Antam, sedangkan sisanya sebesar US$ 35,21 juta akan dibayarkan dengan jangka waktu sekitar dua tahun dari pembayaran pertama,” jelas Herwin W, Director & Investor Relations Bumi Resources Minerals, saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Senin (22/10).

Untuk pertambangan di Dairi ini, Herwin bilang, total cadangan (reserve) yang telah tersertifikasi berdasarkan Joint Ore Reserves Committee (JORC) adalah sebesar 11 juta ton bijih. Sedangkan sumber daya (resources) mencapai 25 juta ton bijih dengan grade seng sekitar 11% dan grade timah hitam sekitar 7%.

Herwin mengungkapkan, jumlah cadangan dan sumber daya itu tersebar di tiga tambang, yakni di Anjing Hitam, Lae Jahe dan Basecamp. “Jumlah itu masih dalam bentuk bijih, belum dibagi-bagi dalam senk dan timah hitam. Sedangkan yang pertama kali akan dikembangkan adalah di Anjing Hitam,” ungkapnya.

Sementara untuk target produksi, Herwin menyebut bahwa pihaknya mematok target pada tahun 2021, meskipun tidak menutup kemungkinan produksi itu akan lebih cepat pada akhir tahun 2020. 

Adapun, menurut Herwin, Desember 2017, pihaknya telah menerima izin produksi untuk 30 tahun ke depan. Sedangkan untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dari DPM, Herwin mengaku masih perlu memverifikasinya.

“Target konservatif tahun 2021. Secara agresif pada akhir tahun 2020. Kita bentuknya masih Kontrak Karya, Desember 2017 dapat izin Produksi untuk 30 tahun ke depan. Untuk IUP dan WIUP-nya saya mesti cek lagi,” jelasnya.

Mengenai nilai investasi, Herwin masih enggan merincinya. Ia bilang, pihaknya masih memfinalisasi dengan NFC China, yang juga bertindak sebagai kontraktor Engineering, Procurement, And Construction (EPC) dan operator pada proyek pertambangan tersebut.

“Investasi dan capital expenditure (Capex)-nya kita lagi lihat, karena kita kan ada mitra baru nih, NFX China, jadi lagi dikaji ulang, yang paling efisien yang mana. Jadi sekarang ini kita sudah tahap konstruksi dan pengembangan” terangnya.

Namun, menurut Herwin, sebelum tambang di Dairi, pihaknya terlebih dulu akan mengejar produksi tambang emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah. Melalui PT Citra Palu Minerals (CPM), Herwin bilang, pihaknya mematok target untuk dapat melakukan produksi pada Semester II-2020.

Adapun, lanjut Herwin, total sumber daya yang ada di sana mencapai 7 juta ton bijih dengan kadar emas sekitar 5 gram per ton. Sedangkan untuk kepemilikan, ia menyebut bahwa tambang di Poboya ini dimiliki sekitar 97% oleh BRMS dan sisanya oleh perusahaan lokal.

“Pada gempa Palu lalu, kantor kita terdampak, namun areal tambang tidak terlalu signifikan. Target produksinya sebelum tambang di Dairi, yaitu tetap pada Semester II-2020,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×