Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pamapersada Nusantara (PAMA) menilai ada potensi penurunan kontrak tahun ini. Hal tersebut lantaran ada beberapa pelanggannya belum mendapatkan Rencana Kegiatan dan Anggaran Biayanya (RKAB).
Frans Kesuma, Presiden Direktur PAMA menyebutkan untuk target di tahun ini masih belum bisa memberikan konfirmasi angkanya. "Belum bisa konfirmasi masalah target, yang pasti saat ini target yang telah di-publis United Tractors yang jadi patokan," tuturnya, Rabu (27/2).
Dari pihaknya sendiri masih enggan memberikan konfirmasi target ditahun ini lantara ia menilai ada potensi penurunan kontrak. Hal tersebut lantaran ada pelanggannya yang belum mendapatkan RKAB. "Ada kemungkinan malah drop, tapi saya belum tau drop-nya berapa karena ada beberapa yang belum dapat RKAB-nya," ungkapnya.
Catatan kontan.co.id untuk target yang telah diumumkan PT United Tractors Tbk sebagai induknya, tahun ini PAMA diharapkan untuk volume jasa penambangan batubara sebanyak 125 juta ton-127 juta ton. Sementara target volume pengupasan lapisan tanah penutup atawa overburden removal sebesar 950 bank cubic meter (bcm)-980 bcm.
Dengan asumsi berkurangnya kontrak, tahun ini PAMA belum berencana untuk menambah alat berat kembali. Hanya saja, Frans bilang tahun ini ada rencana melakukan penggantian sekitar 200 alat berat.
Selain itu, untuk produksi batubara dari anak usahanya, PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM) ia menuturkan untuk produksinya minimal tahun ini bisa 1,5 juta ton. "Suprabari tahun lalu 1 juta ton, harusnya tahun ini bisa lebih, minimum 1,5 juta ton," tuturnya.
Menurutnya, untuk jenis cooking coal agak berat penjualannya karena merupakan "ingredients". Walaupun begitu, ia optimis bisa menjual lebih banyak dibandingkan tahun lalu tanpa menyebutkan targetnya.
Adapun untuk tahun lalu disebutnya menjual sebanyak 860.000-900.000 ton. "Market mostly dari Jepang, dari Indonesia ada sedikit seperti Krakatau Steel tapi volumenya tidak banyak," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News