Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. United Business Media (UMB) Asia kembali mengadakan Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhL SEA) 2015. Pameran ini akan digelar 8-10 April 2015 mendatang di Jakarta International Expo, Kemayoran. Ini kali keempat diselenggarakannya pameran niaga bahan baku farmasi ini di Indonesia.
Pameran ini membuka peluang bagi pelaku industri farmasi dan penyedia bahan baku obat dari seluruh dunia untuk menjangkau pasar Asia Tenggara yang sedang tumbuh pesat.
Event Director PT UMB Pameran Niaga Indonesia Maria Lioe mengatakan, pameran ini menjadi ajang bagi pemerintah, asosiasi perdagangan, dan lembaga regulator mendapatkan update pasar bahan baku farmasi. Acara ini juga bisa menjadi tempat mensosialisasikan kebijakan dan program baru yang berhubungan dengan industri farmasi.
Ajang CPhL SEA 2015 ini dikuti lebih dari 260 peserta dari 25 negara. Beberapa negara yang baru ikut di pameran ini adalah Bahrain, Brasil, Kolombia, Lituania, dan Yordania. Mereka akan menampilkan produk bahan baku farmasi unggulan, mesin-mesin, perlengkapan dan produk kemasan.
"Dalam pameran ini akan ada 650 profesional yang bergerak di industri farmasi. Termasuk beberapa pelaku industri dari beberapa negara yang baru berpartisipasi. Seperti dari Korea yang cukup persisten masuk ke Indonesia," ujar Maria pada Kamis (26/3).
Dia menambahkan, selama ini sumbernya hanya dari Cina dan India. “Dengan ajang ini, kami berharap dapat memfasilitasi agar perusahaan farmasi bisa saling bekerja sama dan membantu Indonesia untuk menjadi industri bahan baku,” ujarnya.
Pameran ini juga bisa membantu pelaku industri farmasi menghadapi pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai Desember 2015. Dengan dibukanya MEA, Indonesia dan seluruh negara ASEAN menjadi area bebas pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja, hingga permodalan.
Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) dan Wakil Sekjen Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia, mengatakan, MEA menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi industri farmasi.
Dalam menghadapi MEA, imbuhnya, diperlukan kerja sama segala sektor untuk mendukung industri farmasi meningkatkan kualitas, baik dalam pelayanan maupun ketersediaan bahan baku farmasi agar mampu berkompetisi dengan negara ASEAN lainnya.
"Selain pentingnya peran pemerintah dalam mendorong masuknya investasi industri bahan baku farmasi, para pelaku industri farmasi juga perlu memelihara networking dengan industri pembuat bahan baku obat di luar negeri salah satunya CPhL," ujar Kendrariadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News