Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten eksportir garmen, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) optimistis melihat prospek bisnis yang positif dalam jangka waktu menengah. Adapun pihaknya menyiapkan strategi dengan mendorong digitalisasi dan otomatisasi untuk menangkap peluang bisnis tersebut.
Sekretaris Perusahaan Pan Brothers Iswar Deni mengatakan, prospek bisnis Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia masih sangat baik dalam jangka menengah. Pasalnya, banyak negara seperti China, Vietnam, Banglades, dan lainnya yang tidak bisa memenuhi jadwal pengiriman.
"Dalam hal ini, Indonesia menjadi pilihan utama banyak brand untuk sourcing, karena paling siap dalam segalanya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (2/12).
Untuk mempersiapkan diri menggarap potensi tersebut, PBRX terus memacu untuk menuntaskan program restrukturisasi. Adapun pihaknya juga menyiapkan belanja modal fokus untuk otomatisasi dan digitalisasi 4.0 sebesar US$ 5 juta sampai dengan US$ 10 juta.
Baca Juga: Per September 2021, penjualan Pan Brothers turun 3,05% menjadi US$ 507,82 juta
Pada September 2021, Pan Brothers mencatatkan kinerja yang sedikit turun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. PBRX membukukan penurunan pendapatan 3,04% yoy menjadi US$ 507,81 juta. Sebelumnya periode 9 bulan pertama 2020, emiten garmen ini mencatatkan pendapatan US$ 523,78 juta.
Pada periode ini, penjualan PBRX masih didominasi dari pasar Asia yang mencatatkan penjualan senilai US$ 292,95 juta atau tumbuh 4% yoy dari sebelumnya US$ 280,35 juta di September 2020. Setelah itu, diikuti dari Amerika US$ 138,26 juta, Eropa senilai US$ 61,33 juta, dan negara lainnya sebesar US$ 15,26 juta.
Sampai dengan September 2021, penjualan yang melebihi 10% dari jumlah penjualan bersih adalah ke Adidas Sourcing Ltd senilai US$ 94 juta atau naik 16% yoy dari sebelumnya US$ 81,69 juta di September 2020. Adapun penjualan ke Uniqlo justru turun 35% yoy menjadi US$ 49,35 juta.
Seiring dengan turunnya pendapatan, laba bersih PBRX ikut turun 1,19% yoy menjadi US$ 19,03 juta dari sebelumnya US$ 19,25 juta.
Di akhir tahun ini, Iswar memproyeksikan, penjualan PBRX akan sama dengan 2020 jika semua finished goods bisa diekspor sesuai jadwal."Semoga ketersediaan container bisa sesuai harapan," ujarnya.
Menanggapi mengenai kondisi rasio likuiditas PBRX setelah lolos dari gugatan pailit dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII), Iswar menjelaskan dengan disetujuinya restrukturisasi semua akan segera balik normal.
"Karena sesungguhnya jika re-sechedule perpanjangan Utang Sindikasi yang jatuh tempo Januari 2021 tidak terputus, dan fasilitas LC tidak dihentikan. PBRX sudah lari kencang sekali memanfaatkan momentum, ini bisa dilihat dengan keterbatasan yang ada saja kami tetap bisa berjalan dengan baik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News