kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,82   -5,73   -0.63%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi corona (Covid-19) mempengaruhi kelangsungan bisnis di sektor pertanian


Rabu, 10 Juni 2020 / 16:09 WIB
Pandemi corona (Covid-19) mempengaruhi kelangsungan bisnis di sektor pertanian


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona harus diakui cukup mempengaruhi kelangsungan bisnis di sektor pertanian dan perkebunan. Penerapan investasi hijau di sektor-sektor tersebut tentu penting untuk dilakukan.

Rukaiyah Rafiq, Kepala Sekolah Petani Sawit Berkelanjutan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi) mengungkapkan, salah satu bentuk implementasi investasi hijau di industri kelapa sawit adalah penyediaan sertifikasi berkelanjutan bagi para petani swadaya.

Baca Juga: Swiss hadang produk CPO & turunannya dari Indonesia, ini neraca dagang kedua negara

Dengan begitu, produk-produk yang dihasilkan petani tersebut juga akan bersertifikat dan bisa dibeli oleh banyak pembeli, baik dari dalam maupun luar negeri. Dana pembelian tersebut nantinya dapat diinvestasikan dengan tujuan untuk memperkuat kelembagaan petani, memperluas jangkauan sertifikasi, pemulihan lingkungan, dan peningkatan kesejahteraan petani yang sudah bersertifikat.

Rukaiyah pun menyebut, saat ini tercatat ada sekitar 7.000 petani sawit swadaya di Indonesia yang mana 6.000 petani di antaranya sudah bersertifikat berkelanjutan. Hanya memang, pandemi Corona suka tidak suka cukup mempengaruhi sektor perkebunan kelapa sawit. Dalam hal ini, harga pestisida dan pupuk mengalami kenaikan sehingga memberatkan petani.

Produk tandan buah segar (TBS) dari petani juga sulit terserap oleh pasar ditambah lagi ekspor produk tersebut juga melambat, sehingga berpengaruh pada penurunan harga jual.

Belum lagi, para petani yang tidak memiliki organisasi atau lembaga rentan terjebak oleh tengkulak. “Isu Corona bisa saja dipermainkan oleh pihak ketiga atau tengkulak untuk menekan harga TBS kepada petani,” ungkap Rukaiyah dalam diskusi daring, Rabu (10/6).

Baca Juga: Indonesia gandeng negara ini untuk bikin vaksin corona

Menurutnya, hal seperti itu bisa dihindari jika para petani memiliki sertifikat berkelanjutan dan tergabung dalam organisasi atau lembaga. Paling tidak, keberadaan sertifikat berkelanjutan dan lembaga akan membuat petani merasa terlindungi.

Selain bisa bekerja sama dalam penanganan Corona, petani juga akan mendapat insentif seperti pemberian sembako. Tak cuma itu, petani bersertifikat dapat memiliki cadangan simpanan serta variasi bisnis misalnya peternakan dan lain sebagainya. “Jadi, ketika TBS tidak bisa terjual, ada alternatif atau keberagaman bisnis,” kata dia.

Di kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Inisiasi Dagang Hijau (IDH) Fitrian Ardiansyah menambahkan, agar bisa bertahan di tengah pandemi Covid-19, investasi hijau harus bisa mengaitkan produksi petunia seperti sawit, kopi, cokelat, dan sebagainya dengan opsi beberapa pasar, baik domestik maupun global.

Di samping itu, diperlukan investasi hijau yang menguatkan peran Big Data dan penggunaan platform digital untuk mempermudah sekaligus memperjelas informasi yang diterima petani. “Investasi ini juga harus terus memperkuat kelembagaan petani, sehingga petani bisa lebih sigap menghadapi wabah dan efek kejut dari pasar,” terang Fitrian, hari ini.

Baca Juga: Produk CPO dan turunannya dari RI mulai ditolak di negara Eropa ini

Lebih lanjut, apapun kondisinya, investasi hijau harus bisa mewujudkan komitmen dalam perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Fitrian menilai, di tengah situasi pandemi dan persiapan kenormalan baru, maka penerapan investasi hijau harus lebih adaptif. Dari situ, ia sepakat bahwa penting bagi para petani untuk melakukan diversifikasi karena belum tentu produk yang selama ini dihasilkan bisa diserap pasar dalam situasi seperti ini.

“Namun harus dilihat lebih dulu komoditas pertanian apa saja yang lebih bisa diterima pasar karena konsumen saat ini sepertinya lebih memilih produk yang lebih sehat dan higienis,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×