Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Panen di salah satu sentra produksi beras masih belum dimulai. Hal itu membuat Bulog belum dapat menyerap beras dari petani.
"Penyerapan belum mulai karena panen baru mulai pertengahan Maret," ujar Kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional Indramayu, Asep Bukhori saat kunjungan kerja Menteri Perdagangan (Mendag) ke Gudang Tegalgirang, Indramayu, Selasa (27/2).
Saat dikunjungi, kapasitas gudang sebesar 2.000 ton tersebut tidak penuh terisi. Stok di gudang tersebut hanya terdapat sebesar 600 ton.
Meski begitu, Asep bilang Indramayu sebagai sentra beras tidak mengalami kekurangan. Padahal, tiap harinya bisa 300 ton beras diluncurkan ke pasar.
Beras Indramayu pun kerap mengisi operasi pasar yang digunakan pemerintah dalam upaya menurunkan harga beras. Beras tersebut dijual dengan harga di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Harga beras dijual Rp 8.000 per kilogram (kg) hingga Rp 8.200 per kg untuk operasi pasar tergantung daerah," terang Asep.
Tahun 2018 Bulog Subdivisi Regional Indramayu ditargetkan menyerap beras sebesar 89.000 ton. Asep optimistis target tersebut tercapai meski tahun sebelumnya penyerapan hanya mampu mencapai 60%.
Kondisi lebih parah diperlihatkan pada Gudang Bulog Singakerta II. Salah satu gudang tampak kosong tanpa tumpukan beras.
Dari total kapasitas 21.500 ton, stok dalam gudang tersebut masih jauh untuk mengisi. Stok di Gudang Bulog Singakerta II hanya sebesar 93 ton.
Beras dalam gudang tersebut merupakan hasil panen pada tahun 2017. Meski terdapat kutu, Asep bilang beras Bulog masih akan diproses untuk dapat dikonsumsi.
Asep bilang, saat ini harga gabah di tingkat petani masih tinggi. "Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.000 per kg," jelas Asep.
Harga tersebut untuk gabah dengan kualitas kadar air sebesar 20% hingga 25%. Angka tersebut masih di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dengan fleksibilitas 20% yang sebesar Rp 4.440 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News