kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Panen molor, produksi garam bisa menyusut


Kamis, 14 Juli 2016 / 18:01 WIB
Panen molor, produksi garam bisa menyusut


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Produksi garam terancam anjlok hingga separuhnya karena kemarau panjang yang menyebabkan panen raya mundur.

Seharusnya, panen raya garam bisa dilakukan pada musim kemarau yang jatuh pada Juni-Juli.

Namun Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin bilang, hingga pertengahan Juli 2016, petani belum bisa memanen garamnya karena curah hujan masih tinggi.

"Panen raya tahun ini kemungkinan akan mundur menjadi Agustus 2016," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (14/7).

Dampaknya, produksi garam pun terancam anjlok karena jangka waktu panen raya yang pendek. Jika biasanya petani bisa memanen 20 hingga 25 kali selama panen raya, tahun ini hanya bisa 10 hingga 15 kali saja.

Dus, Jakfar memproyeksikan, produksi garam rakyat tahun ini paling banyak hanya 1 juta ton. Proyeksi itu anjlok hampir separuh dari realisasi produksi tahun lalu sebanyak 1,8 juta ton.

Menurut data APGRI, saat ini stok garam rakyat tinggal 200.000 ton. Dengan asumsi kebutuhan garam konsumsi nasional sebanyak 130.000 ton per bulan, maka stok tersebut sejatinya cukup hingga Agustus 2016.

Namun, di sisi lain, harga garam rakyat tetap rendah meski stok menipis. Sebagai gambaran, harga garam kualitas 1 saat ini Rp 700 per kilogram (kg), kualitas 2 Rp 600 per kg, dan kualitas 3 Rp 400 per kg.

Jakfar bilang, penyerapan oleh industri cenderung turun, sebanyak 30.000 ton per bulan. Petani pun menahan garamnya apabila harga pembelian oleh industri tidak cocok.

"Penyerapan berkurang karena garam impor sudah mulai masuk pada Juli 2016 ini," ujar Jakfar.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengakui, panen raya garam memang mundur karena kemarau basah. Namun, dia masih optimistis, bisa mengejar panen pada Agustus 2016.

Makanya, KKP belum merevisi target produksi garam tahun ini, yaitu sebanyak 3,5 juta ton, yang terdiri dari garam rakyat dan garam PT Garam (Persero). Hingga saat ini KKP pun belum menurunkan bantuan bagi petani.

"Saya sudah dapat laporan, beberapa sentra garam sudah mulai panen. Jadi tidak semua wilayah panennya mundur," ujar Brahmantya, Rabu (13/7).

Brahmantya mengklaim, saat ini masih ada stok garam sebanyak 600.000 ton hingga 800.000 ton, baik garam rakyat maupun garam PT Garam. Dia optimistis stok tersebut masih mencukupi kebutuhan sampai dengan panen raya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×