Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Panen jagung yang diperkirakan bakal terjadi pada periode awal tahun ini tidak diyakini bisa memenuhi kebutuhan industri. Kekhawatiran tidak hanya dari sisi volumenya yang belum pasti, tapi pada timing panen dan masa paska produksi pengeringan jagung yang kurang cepat. Oleh karena pengusaha menyetujui impor menjadi solusi yang paling tepat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Perunggasan Indonesia (GAPPI) Anton J Supit mengatakan, persoalan dari proyeksi panen adalah timing-nya yang tidak tepat dengan kebutuhan industri. "Persoalannya kalaupun ada panen, tapi antara panen sampai bisa dimanfaatkan kan ada prosesnya, Sangat riskan kalau industri harus menunggu panen," jelasnya kepada Kontan, Rabu (30/1).
Menurutnya, industri dan pihak peternak butuh jaminan stok jagung dan pakan ada di gudang sebulan atau dua minggu sebelum dibutuhkan. Tak lupa lagi, Anton melihat panen raya jagung baru bisa terjadi pada bulan Maret sehingga bisa terjadi defisit besar pada bulan Februari ini.
Kondisi defisit ini juga terlihat dari pergerakan harganya. Harga jagung untuk pakan sudah melesat mencapai Rp 6.000 per kilogram di tingkat peternak Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Padahal dalam aturan pemerintah, harga acuan jagung di tingkat konsumen adalah Rp 4.000 per kg.
Padahal sebelumnya, Kementerian Pertanian memproyeksikan akan terjadi panen jagung dalam periode Januari-Maret. Prognosanya menawarkan produksi bakal berkisar di 10,24 juta ton jagung dengan puncak panen juga di bulan Februari.
Oleh karena itu, Anton mempertanyakan bila pihak Kementerian Pertanian bersikukuh mengatakan ada panen, maka harus diperiksa dan digelontorkan ke pihak yang membutuhkan ketimbang di ekspor. "kita sudah capek antara panen atau tidak, yang penting siapa yang memiliki jagung kering atau tidak," kata Anton yang juga Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Oleh karena itu, ditengah polemik ada atau tidaknya panen jagung saat ini, langkah impor jagung dirasa sudah jadi langkah tepat.
Mengingatkan saja, keputusan impor jagung kembali diberlakukan pada tahun lalu dan terbit bertahap. Tapi kali ini impor hanya boleh dilakukan oleh Perum Bulog. Pada tahap pertama kuota impor dikeluarkan sebanyak 100.000 ton yang keluar pada periode akhir tahun 2018, dan mendapatkan tambahan 30.000 ton di awal tahun ini. Terbaru adalah kuota tambahan 150.000 impor jagung yang terbit beberapa waktu lalu.
Sedangkan berdasarkan catatan Kontan, realisasi impor yang terjadi hingga saat ini baru mencapai 99.000 ton yang mana diklaim Bulog telah habis disalurkan ke peternak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News