Reporter: Femi Adi Soempeno, Bloomberg |
BRISBANE. Panen gula di Australia, negara eksportir gula terbesar di dunia, tertunda karena tingginya curah hujan yang menggerojok kawasan itu. Hal ini akan berpotensi menyusutkan hasil produksi.
"Jika kita terus mendapatkan curah hujan seperti ini, maka Anda harus mulai khawatir akan hancurnya ladang tebu," kata Ian Ballantyne, Chief Executive Officer Canegrowers yang berbasis di Brisbane.
Saat ini, panenan sudah mencapai 40%; pada periode yang sama tahun lalu, panenan ini mencapai 50%.
Harga raw sugar di New York telah naik 41% sejak 6 Mei 2010 lalu; menggiring spekulasi bahwa permintaan gula di pasar global kemungkinan akan meningkat. Apalagi, curah hujan yang tinggi sudah memangkas produksi gula di Indonesia dan merusak tebu di Pakistan; sementara itu kekeringan justru menyusutkan produksi gula di Rusia.
Menurut Canegrowers, panen tebu Australia sudah dimulai sejak 31 mei 2010 dan akan berakhir pada bulan Desember mendatang. Biasanya, panenan berakhir pada bulan November.
"Kemungkinan panenan kami dua atau tiga minggu mundurnya," kata Ballantyne. Saat ini Canegrowers mengelola sedikitnya 5% hasil panenan lebih tinggi dari 4,4 juta ton menjadi 4,5 juta ton.
Jika panenan tertunda, maka penanaman pada musim berikutnya pun akan tertunda; dan berpotensi mengurangi produksi tebu pada panenan yang akan datang.
Produksi gula global kemungkinan melampaiui permintaan sebesar 3,2 juta ton pada tahun 2010-2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News