Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Pangsa pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) buatan dalam negeri makin tergerus seiring impor TPT di pasar domestik yang terus meningkat. Hingga paruh pertama tahun ini, pangsa pasar TPT domestik susut 5%.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat bilang, selama semester I-2013, produk TPT lokal hanya menguasai 40% dari total pangsa pasar TPT nasional. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, produk TPT lokal menguasai hingga 45% pangsa pasar.
Catatan saja, pada semester I-2013, total nilai pangsa pasar produk TPT nasional mencapai US$ 3,5 miliar. Artinya TPT lokal hanya meraup porsi penjualan US$ 1,4 miliar.
Sebenarnya, kata Ade, penjualan TPT nasional pada semester I-2013 masih tumbuh positif ketimbang periode yang sama tahun lalu. "Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat sejalan pertambahan jumlah penduduk," jelasnya.
Hanya saja, peningkatan konsumsi TPT ini juga diikuti oleh lonjakan impor TPT. Sepanjang tahun ini, Ade memperkirakan, nilai impor TPT bakal melonjak hingga 10%. Sebagai gambaran, tahun lalu, nilai impor TPT mencapai US$ 5,3 miliar. Jika perkiraan Ade benar, artinya nilai impor TPT hingga akhir 2013 bakal mencapai US$ 5,83 miliar.
Menurut Ade, impor TPT di Indonesia yang kian tinggi dipengaruhi oleh pelemahan ekonomi yang terjadi di China. Alhasil China mencari pasar ekspor untuk produknya. "Dengan besarnya potensi pasar, tentu Indonesia menjadi salah satu sasaran," katanya.
Di sisi lain, peningkatan biaya produksi industri di dalam negeri membuat produsen TPT lokal semakin sulit bersaing dengan produk impor.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Anshari Bukhari mengakui, beban industri TPT lokal pada tahun ini cukup berat karena kenaikan ongkos produksi, "Terutama masalah upah. Sektor padat karya terkena dampak yang besar," ujarnya.
Padahal, industri padat karya seperti TPT masih dibutuhkan di dalam negeri untuk menyerap tenaga kerja. Karena itu, Anshari bilang, pemerintah akan berupaya menjaga stabilitas industri ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News