Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Jika selama ini, destinasi wisata banyak terfokus ke Bali, kini pelaku di industri ini sudah banyak melirik daerah lain. Seperti yang dilakukan oleh PT Panorama Sentrawisata Tbk. Saat ini, perseroan mulai melirik destinasi wisata baru.
"Kami coba keluar Bali seperti Toraja, Lombok atau Pulau Rinca. Ada juga ke wilayah Sumatera seperti ke Bahorok atau Padang," kata Vice President Brand and Communications Panorama AB. Sadewa kepada KONTAN, Selasa (7/7).
Sejatinya, wilayah-wilayah tersebut sudah menjadi destinasi Panorama. Hanya saja, porsinya tidak sebesar Bali. Nah, mulai saat ini, manajemen tengah menyiapkan rencana tersebut.
Hal ini tak lepas dari rencana pemerintah untuk menaikkan APBN sejumlah sektor, salah satunya pariwisata. Sebagaimana diketahui, tahun depan anggaran Kementerian Pariwisata akan naik menjadi Rp 3,7 triliun atau naik hampir Rp 1,29 triliun jika dibandingkan anggaran dalam APBNP 2015 yang hanya mencapai Rp 2,41 triliun.
Rencananya, peningkatan anggaran akan digunakan untuk meningkatkan promosi di sektor pariwisata.
Soal promosi, pelaku industri pariwisata memang memiliki duit yang terbatas. Tapi, dengan kenaikan anggaran maka bisa dibilang soal promosi saat ini banyak difasilitasi pemerintah.
"Infrastrukturnya juga sedang digenjot, jadi sekarang kami tinggal memikirkan bagaimana cara mengemas produk pariwisata, tidak hanya menarik tapi juga harus berkualitas. Soalnya, ini angin segar, kami tidak perlu mikir keras lagi untuk promosi," tutur Sadewo.
Dia menambahkan, yang tak kalah penting itu bukan hanya meningkatkan wisatawan asing. Tapi, juga bagaimana caranya untuk mengangkat para wisatawan domestik.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Djunaedy mengungkapkan hal senada. Peningkatan anggaran tersebut merupakan napas baru bagi industri pariwisata lokal.
"Ideal atau tidak, sejujurnya ini di luar ekspektasi. Dulu kami memperkirakan paling hanya Rp 2 triliun, tapi ternyata mencapai Rp 3 triliun lebih," jelas Didien.
Senada dengan Sadewa, promosi yang dilakukan harus berimbang antara target wisatawan asing dengan domestik. Pasalnya, fluktuasi ekonomi dunia bisa mempengaruhi kunjungan wisatawan asing. Ketika sedang lesu, otomatis kunjungannya ke Indonesia berkurang.
Jika kondisi ini terjadi, maka hal yang bisa menjadi katalisator positif hanyalah para wisatawan domestik.
Dia juga menyarankan, promosi yang dilakukan juga sebaiknya fokus pada destinasi-destinasi wisata yang letaknya berbatasan dengan negara tetangga.
"Setidaknya, diangkat yang regional dulu, karena aksesnya lebih mudah," pungkas Didien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News