Reporter: Femi Adi Soempeno |
JAKARTA. Pasar yang tenang selama dua hari ini belum mambuat sektor properti akan lari kencang. Pengembang masih perlu wait and see kendati pasar sudah menunjukkan sinyal positif dua hari terakhir ini. Hal itu diungkapkan oleh Associate Director CB Richard Ellis Indonesia, Bangga Nirwanjaya.
"Sekarang ini adalah masa krisis di luar negeri, pengembang juga belum bisa ngapa-ngapain," katanya.
Hingga saat ini, imbuhnya, pengembang belum mengubah ketentuan anyar, misalnya soal harga unit properti. Pendeknya, pemasaran masih belum berubah sejak krisis mulai menyeret beragam sektor di tanah air. Kalaupun harga unit naik, itu akan terjadi antara 3-6 bulan ke depan, menyesuaikan harga material yang juga bergerak merangkak.
Jika konsumen hendak menjadikan properti sebagai salah satu instrumen investasi, saat ini adalah saat yang tepat untuk membeli. Dengan catatan, properti yang diambil dengan skema tunai. "Kalau kredit, rentan sekali," tandasnya. Maklum, suku bunga acuan (BI Rate) juga sudah menyentuh 9,5%. Sejumlah bank bahkan sudah mulai menyesuaikan suku bunga kreditnya.
Untuk catatan, sejak Mei 2008 lalu, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak enam kali; dari 8,25% menjadi 9,50%. Kenaikan BI Rate ini memicu kenaikan suku bunga KPR menjadi 14-15% di hampir setiap perbankan.
Seminggu terakhir ini, sejumlah bank bahkan sudah menaikkan suku bunga kreditnya.
Bank BTN 14%
Bank NISP 15%
Bank Panin 14,5%
Bank Mandiri 14%
Bank BRI 14%
Bank Permata 15%
Bank Panin sejak Oktober mematok bunga KPR 14,5%, naik 100 bps dari bulan September yang masih ada di angka 13,5%. Februari 2008 lalu, bunga KPR Bank Mandiri hanya tercatat 7,77% dengan tawaran fix (bunga tetap) dua tahun.
Kenaikan bunga KPR disebabkan beberapa hal, di antaranya tekanan inflasi yang begitu tinggi serta nilai tukar rupiah yang terdepresi. Ini mengakibatkan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate.
Bangga tidak melihat konsumen yang menahan dananya untuk membeli properti. "Konsumen menahan pembelian karena berkaitan dengan daya beli," ujar Bangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News