kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar berpotensi melemah, Gapmmi berharap PSBB tidak diperpanjang


Senin, 14 September 2020 / 16:06 WIB
Pasar berpotensi melemah, Gapmmi berharap PSBB tidak diperpanjang
ILUSTRASI. Aktivitas industri makanan dan minuman dalam kemasan.


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta turut mempengaruhi perolehan bisnis industri makanan dan minuman. Di mana penjualan produknya di tingkat ritel diprediksi akan menurun selama PSBB berlangsung.

Adhi Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan, meski pabrik makanan & minuman (mamin) tetap boleh berproduksi, namun industri akan menemui masalah karena PSBB akan menghentikan aktivitas masyarakat dan membatasi keinginan berbelanja.

Menurut Adhi, saat PSBB pertama yakni di periode April penjualan mamin ditingkat ritel anjlok. "Juni saat PSBB transisi sudah mulai membaik, tapi kalau diperketat lagi seperti sekarang tentu kemungkinan ada penurunan," kata dia kepada Kontan.co.id, Senin (14/9).

Meski pun penurunannya diperkirakan tidak setajam PSBB tahap pertama, yang mana tidak hanya DKI Jakarta saja yang melakukan namun diikuti oleh berbagai provinsi. Adapun ibu kota Indonesia ini diperkirakan Adhi menyumbang hampir 40% penjualan mamin ritel nasional tiap tahunnya, jadi pemberlakuan PSBB di Jakarta sangat signifikan bagi kinerja industri ini.

Baca Juga: PSBB diberlakukan lagi, PHRI minta keringanan pajak ke Pemprov DKI

"Untuk itulah kami berharap tidak diperpanjang lagi PSBB ini," sebut Adhi. Jika waktu PSBB lebih dari dua minggu tidak menutup kemungkinan pasar mamin semakin turun, hanya saja Gapmmi belum dapat memproyeksikan kondisi tersebut.

Yang jelas dengan menurunnya pasar mamin tahun ini, pabrikan makanan dan minuman turut mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan efisiensi dari segala lini. Gapmmi, kata Adhi, masih optimistis tahun ini memperoleh pertumbuhan setidaknya 2%-3% dibandingkan tahun lalu.

Potensi yang ada datang dari stimulus pemerintah kepada masyarakat dengan pemberian bantuan langsung tunai, insentif pekerja dan bantuan lainnya. Diharapkan program bantuan sosial pemerintah dapat mendorong daya beli masyarakat yang pada akhirnya menguatkan serapan produk mamin di pasar ritel.

Selanjutnya: Hadapi PSBB Jakarta, industri manufaktur kencangkan ikat pinggang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×