kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pasar besar, produksi ponsel lokal jalan terus


Rabu, 08 Januari 2014 / 08:00 WIB
Pasar besar, produksi ponsel lokal jalan terus
ILUSTRASI. Promo Watsons Dirgahayu Sale Periode 15-21 Agustus 2022


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Fitri Arifenie

JAKARTA. Pasar industri telepon seluler (ponsel) di Indonesia semakin gurih dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi rupiah yang loyo tak membuat dua produsen ponsel lokal Evercoss dan Polytron urung membangun pabrik ponsel di dalam negeri.


PT Aries Indo Global (AIG) sebagai pemegang merek ponsel Evercoss akan mulai memproduksi ponsel secara mandiri pada awal Februari 2014. "Kami telah melunasi pembayaran pembelian mesin-mesin dari China untuk persiapan produksi," ujar Edward Sofiananda, Direktur Utama PT Aries Indo Global pada KONTAN, Selasa (7/1).

Untuk membangun pabrik ponsel anyar itu, AIG harus merogoh kocek sebesar Rp 1 triliun. Di tahun ini, Edward memproyeksikan anggaran serapan pembangunan pabrik mencapai Rp 300 juta. Sisanya akan dikucurkan secara bertahap sampai pabrik tersebut selesai dibangun.

Pada tahap pertama, pabrik Evercoss memiliki kapasitas perakitan 10 model perangkat. Satu model akan diproduksi 300 unit per bulan. Pabrik yang dibangun di kawasan industri Terboyo, Semarang, itu memiliki luas areal hingga 10 hektare (ha).

Pada tahun 2015 nanti, perusahaan itu juga bakal menggenjot produksi hingga dua kali lipat menjadi 600.000 unit per bulan. "Meski belum jelas insentif dari pemerintah, kami tetap membangun pabrik ponsel di Semarang," kata Edward.

Edward menambahkan, pihaknya memiliki lahan seluas 300 ha di kawasan industri tersebut. Selain memanfaatkan lahannya untuk membangun pabrik ponsel, Edward juga berencana untuk menggunakan lahan tersebut untuk pengembangan bisnis grup. Misalnya, di kawasan tersebut juga dibangun pabrik motor Viar dengan luas areal lahan 6 ha. Kemudian, AIG juga memiliki pabrik produksi tablet yang luasnya 2 ha di kawasan yang sama. "Dengan adanya pabrik di dalam negeri, kami berharap bisa menjadi seperti Samsung di Indonesia," kata Edward yang optimistis bisa mengantongi penjualan ponsel sebanyak 1,5 juta unit per bulan.

Tambah kapasitas

Lebih dulu ketimbang AIG, PT Hartono Istana Teknologi, pemegang merek Polytron sudah memproduksi ponsel sejak akhir tahun lalu. "Sudah kami mulai sejak Desember lalu," ujar Santo Kadarusman, Public Relations and Marketing Event Manager Polytron.

Berbeda dengan AIG, untuk memproduksi ponsel ini, Polytron tidak akan membangun pabrik baru. Namun, Polytron hanya menambah lini di pabrik yang sudah ada.

Di awal produksi, kata Santo, Polytron memproduksi sebanyak 30.000 unit ponsel per bulan atau 360.000 unit per tahun. Melihat animo permintaan ponsel yang terus melonjak, Santo bilang, pihaknya sedang mempersiapkan untuk memproduksi ponsel hingga 100.000 unit per bulan atau 1,2 juta unit per tahun. Sayang, Santo tak menyebut secara detail tentang rencana penambahan kapasitas ini.

Selain ponsel pintar, pabrik milik Polytron ini juga memproduksi ponsel fitur. Adapun komposisi produksi ponsel pintar sebanyak 70%. Sisanya adalah produksi ponsel fitur.

Harga ponsel yang dibanderol oleh Polytron cukup bervariasi. Khusus produk ponsel pintar, Santo berujar, harganya dipatok mulai dari Rp 700.000 hingga Rp 4 juta per unit. Sedangkan untuk ponsel fitur, harganya jauh lebih murah, yakni berada di kisaran Rp 200.000 sampai Rp 500.000 per unit. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×