Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kinerja ekspor timah batangan pada bulan Mei 2011 kurang menggembirakan. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemdag), volume ekspor timah bulan Mei lalu hanya mencapai 7.013,28 ton, melorot 27,76% dibandingkan volume ekspor April 2011 yang sebanyak 9.708,45 ton.
Penurunan ini praktis memangkas nilai ekspor timah. Bulan lalu, nilai ekspor timah cuma US$ 197,62 juta. Pencapaian ini merosot 32,40% dibandingkan dengan nilai ekspor di April lalu yang sebesar US$ 292,32 juta.
Ekspor timah yang merosot ini tak lain disebabkan oleh penurunan permintaan dari hampir seluruh negara tujuan ekspor. Volume ekspor ke Singapura, misalnya, pada Mei kemarin cuma 5.833,54 ton, turun 21% dibanding April yang sebanyak 7.384,73 ton. Begitu pula dengan ekspor ke Malaysia. Bila pada bulan April ekspor timah ke Malaysia mencapai 841,82 ton, maka di bulan lalu, ekspornya berkurang 42,13% menjadi sebesar 487,15 ton.
Tapi penurunan ekspor tidak terjadi di semua negara tujuan ekspor. Ambil contoh ekspor timah ke Belanda yang naik 50,19% dari volume April yang sebanyak 50,50 ton menjadi 75,85 ton.
Rudy Irawan, Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia (AITI), mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan turunnya kinerja ekspor timah Mei kemarin. Pertama, pasar perdagangan timah dunia memang sedang lesu. Maklum, para pedagang terutama di Inggris menurunkan intensitas perdagangan timah. "Ini berimbas pada permintaan timah kita yang turun," tutur Rudy kepada KONTAN, Kamis (9/6).
Kedua, situasi ekonomi Amerika Serikat (AS) memang sedang lesu. Hal ini membuat sektor industri manufaktur dan otomotif di sana ikut menurun. Selama ini, Negeri Paman Sam itu kerap mengambil timah asal Indonesia melalui Singapura. Ketiga, ekspor timah turun karena industri otomotif Jepang belum pulih pasca tsunami menerjang. Selama ini, industri otomotif Jepang termasuk salah satu pasar strategis timah Indonesia.
Sekadar catatan, sebanyak 80% timah Indonesia diekspor ke Singapura. Malaysia kemudian menjadi negara tujuan ekspor timah terbesar kedua. Sisanya, diekspor ke Belanda, Taiwan, Jepang, China, Korea, Spanyol, Italia, Turki, dan negara lain di Asia.
Djunaedi, Kepala Sub Direktorat Ekspor Pertambangan Kemdag, menambahkan, penurunan kinerja ekspor kian terpuruk kala harga timah dunia ikut terperosok.
London Metal Exchange (LME) mencatat, harga timah Mei 2011 diperdagangkan di level US$ 27.913 per ton. Harga ini anjlok 12,9% dibanding harga rata-rata timah April yang masih bertengger di level US$ 32.052 per ton.
Harga timah yang merosot ini bikin eksportir menahan laju ekspor. Bahkan, "Mereka tidak gencar melepas timahnya dan memilih wait and see sampai harga kembali membaik," ungkap Djunaedi.
Pun begitu, Rudy memprediksi penurunan itu tak akan berlangsung lama. Menurutnya, harga timah kembali akan terkerek pada Agustus mendatang. Sebab di bulan itu, industri AS dan Jepang diprediksi akan kembali bergairah. Imbasnya, harga timah juga bakal ikut menguat dan ekspor kembali meningkat.
Kondisi demikian tentu membuat eksportir timah domestik akan tergerak untuk melepas persediaan timahnya. "Mereka tentu ingin mendapatkan untung di saat permintaan dan harga sedang tinggi," tandas Rudy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News