Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kanal digital e-commerce tampaknya akan menjadi penyokong bagi industri peternakan dan makanan olahan di bulan Ramadan. Dalam hal ini, transaksi digital yang tidak memerlukan kontak fisik dinilai bisa menjadi daya tarik untuk memacu permintaan di tengah kunjungan ke toko fisik yang menurun drastis akibat pandemi corona (covid-19).
Sugeng Wahyudi, selaku Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (Gopan) mengatakan jumlah kunjungan pembeli ke pasar tradisional pasca pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) relatif rendah bila dibandingkan biasanya.
Akibatnya, permintaan ayam anjlok hingga sekitar 40% bila dibandingkan kondisi normal. Sugeng tidak memungkiri, bahwa permintaan ayam di minggu pertama bulan Ramadan memang sempat terangkat sekitar 10% bila dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
Baca Juga: Peternak ayam minta pemerintah beri dukungan di tengah pandemi corona
Namun demikian, kenaikan tersebut tetap belum mampu mengangkat permintaan secara keseluruhan sehingga permintaan di bulan Ramadan tahun ini masih tetap lebih rendah bila dibanding permintaan pada kondisi normal.
“Mulanya permintaan turun sekitar 40%, awal puasa permintaan naik 10%, artinya sekarang penurunannya jadi 30%,” kata Sugeng kepada Kontan.co.id pada Sabtu (2/5).
Di sisi lain, peternak juga tengah dihadapkan dengan persoalan pasokan ayam berlebih alias oversupply yang sudah terjadi sejak sebelum adanya penerapan PSBB.
Hal membuat harga jual di tingkat peternak menjadi lebih rendah dibanding biaya produksi. Akibatnya, alih-alih untung, peternak justru jadi terpaksa harus menanggung rugi.
Sugeng mencatat, di awal bulan April 2020 saja misalnya, biaya produksi mencapai Rp 18.000 per kg. Sementara harga jual di kandang hanya sebesar Rp 8.000 per kg. Artinya, peternak harus menanggung rugi sebesar Rp 10.000 per kg di awal April 2020.
Sementara untuk saat ini selisih rugi yang harus ditanggung sudah menyempit dikarenakan adanya penurunan harga bibit anak ayam. Menurut catatan Sugeng, saat ini biaya produksi tercatat sebesar Rp 16.500 per kg. Sedangkan harga jualnya mencapai Rp 12.500 per kg.
Artinya, meski jumlah rugi yang berkurang, peternak masih harus menanggung rugi sebesar Rp 4.000 per kg. Padahal, peternak biasanya untung di bulan Ramadhan.
Menyikapi kondisi ini, peternak sudah mulai menyusun strategi agar bisnis tetap jalan. Rencananya, peternak ayam akan menggencarkan penjualan secara online dengan memanfaatkan kanal digital e-commerce yang sudah mulai dicoba baru-baru ini. “Tujuannya untuk memudahkan aliran daging ayam ke konsumen,” kata Sugeng.
Baca Juga: Sierad Produce (SIPD) sulit berkotek di masa pandemi corona
Persoalan yang serupa juga tengah dihadapi oleh pelaku industri makanan olahan di sektor hilir. Agustus Sani Nugroho, Direktur Utama PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) mengatakan tekanan pasar masih akan berat di bulan Ramadan.
Maklum saja, sektor hotel, kafe dan restoran (horeka) yang tahun lalu berkontribusi sekitar 60% dalam total penjualan FOOD masih terpukul akibat pandemi corona. Imbasnya, permintaan daging segar dan olahan FOOD berpotensi ikut terpukul di bulan ramadan.
Oleh karenanya, FOOD melalui anak usahanya, PT Kemang Food Industries berencana menggenjot penjualan secara online melalui kanal-kanal digital e-commerce. Saat ini, produk-produk Kemfood sudah tersedia di tiga platform e-commerce.
Ke depannya, jangkauan penjualan akan terus diperluas dengan merambah lebih banyak ecommerce. “Sementara baru Tokopedia, Bukalapak dan Shopee, yang lain menyusul,” kata Agustus kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News