Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
Dalam revisi tersebut, kabarnya terdapat beberapa usulan tambahan berupa larangan atas tambahan perasa, pewarna, dan penguat aroma rokok. Berdasarkan perkembangan terakhir, revisi beleid tersebut diketahui sudah masuk ke dalam pembahasan panitia antar kementerian.
Kendari begitu, kondisi yang demikian agaknya tidak lantas menyurutkan optimisme pelaku industri rokok elektrik di dalam negeri. President Director PT NCIG Indonesia Mandiri Roy Lefrans mengaku optimis pihaknya mampu mencatatkan penjualan rokok elektrik lebih baik dibanding tahun lalu pada tahun ini.
Mengutip data World Health Organization (WHO) 2018, Ia mengatakan bahwa dari sebanyak 30% perokok Indonesia yang ingin berhenti merokok hanya sekitar 9,5% yang berhasil berhenti. “Artinya rokok elektrik bisa jadi harapan baru bagi mereka untuk berhenti dari rokok konvensional,” ujar Roy kepada Kontan.co.id (14/1).
Namun demikian, Ia tidak memungkiri bahwa persoalan-persoalan seperti kampanye hitam terhadap penggunaan rokok elektrik serta penerapan cukai yang tinggi masih menjadi tantangan bagi pelaku industri rokok elektrik.
Baca Juga: Harga saham emiten rokok kembali naik, ini penyebabnya menurut analis
Kondisi pasar yang cukup menantang juga rupanya tidak lantas menghentikan laju pelaku industri rokok elektrik untuk terus melancarkan agenda ekspansinya. Head of Communications JUUL Labs Indonesia , Reza Amirul Juniarsah mengatakan JUUL Labs berencana menambah jaringan gerai pada tahun ini.
Reza tidak merinci jumlah penambahan gerai yang ingin dikejar. Yang jelas, Ia menyebutkan bahwa penambahan gerai-gerai baru akan menyasar wilayah di luar Jakarta.
Menurut keterangan Reza, saat ini produk-produk JUUL tersedia di sebanyak 2.000 gerai ritel yang tersebar di wilayah Indonesia. “Jumlah ini sudah termasuk gerai resmi JUUL yang berlokasi di Cilandak Town Square, Pacific Place Mall, dan Beachwalk Bali,” jelas Reza kepada Kontan.co.id (15/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News