Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Belum bergairahnya pasar properti memicu melempemnya kinerja PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Pada akhir 2016, pendapatan perusahaan turun 27% year on year (yoy) menjadi Rp 1,54 triliun dibandingkan pendapatan 2015 sebesar Rp 2,12 triliun .
Laba bersih juga mengekor turun 40% dari Rp 915 miliar pada 2015 menjadi Rp 540 miliar pada akhir tahun lalu.
Penurunan kinerja merupakan dampak dari berkurangnya realisasi penjualan di segmen properti hunian dan komersial. Di mana, pendapatan bisnis properti turun sebesar 32%.
Sementara, kinerja bisnis non properti meningkat 10%, dari Rp 237 miliar menjadi Rp 267 miliar. Peningkatan berasal dari pendapatan pemeliharaan atau maintenance karena semakin bertambah luasnya area komersial.
Total pendapatan berulang atau recurring income juga naik 12% dari Rp 237 miliar menjadi Rp 267 miliar. Nilai itu memberikan kontribusi sebesar 17% terhadap total pendapatan. Pendapatan dari divisi residensial dan apartemen tercatat sebesar Rp 703 miliar atau berkontribusi 46% dari total pendapatan. Adapun pendapatan dari divisi Industri dan divisi komersial masing-masing sebesar Rp 240 miliar dan Rp 336 miliar.
Selanjutnya, total aset perusahaan tumbuh 3% dari Rp 5,47 triliun menjadi Rp 5,65 triliun.
"Kinerja 2016 sejalan dengan melemahnya properti di Indonesia. Namun, kami optimistis kinerja tahun ini akan tumbuh," ujar Presiden Direktur LPCK Toto Bartholomeus, Jakarta.
LPCK yakin pertumbuhan makro ekonomi akan membaik tahun ini dan mendorong pergerakan sektor properti. Tahun ini, perusahaan masih akan melanjutkan pengembangan kawasan multifungsi atau mixed use Orange Country di Jakarta Timur. Proyek itu dikembangkan di atas lahan seluas 322 hektare (ha) dengan nilai proyek Rp 250 triliun.
Lippo Cikarang merupakan pengembang kawasan perkotaan dengan luas sekitar 3.000 ha. Kini, perusahaan telah membangun sekitar 14.000 hunian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News