Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk (INTA) menilai sektor pertambangan yang biasanya menyokong bisnis alat berat belum memperlihatkan tanda-tanda kenaikan. Berjalannya ketidakpastian saat pemilu, trade war dan turunnya harga batu bara menyebabkan banyak pelanggan alat berat menjadi wait and see.
Eddy Rodianto, Direktur INTA menyebutkan bahwa perusahaan tengah melakukan diversifikasi pasar ke sektor selain tambang batu bara, misalnya tambang nikel dan mineral lain, sektor agribisnis, kontruksi hingga infrastruktur.
Baca Juga: Intraco Penta (INTA) berharap berkah dari pemindahan ibu kota
"Kami cari lini bisnis yang punya ketahanan pada situasi ekonomi dan politik saat ini," terangnya saat paparan publik perseroan berlangsung, Jumat (27/12).
Intinya perusahaan tetap memperkuat lini bisnis penjualan alat berat, sembari mengembangkan segmen bisnis pembangkit listrik dan kendaraan niaga. Demi menyokong strategi tersebut, Eddy mengatakan perusahaan bakal menganggarkan belanja modal sekitar Rp 30 miliar - Rp 50 miliar di tahun depan.
Sebagian besar yakni 60% untuk mengembangkan anak usaha yang bergerak dibidang penyewaan alat berat yang diketahui dijalankan PT Terra Factor Indonesia. Sisanya kata Eddy diserap untuk merevitalisasi kantor, unit manufaktur dan cabang di seluruh Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal-III 2019, penjualan INTA tercatat menurun hampir 27% year on year (yoy) menjadi Rp 1,64 triliun. Eddy mengatakan proyeksi hingga akhir tahun ini untuk topline diperkirakan masih belum dapat bertumbuh dibandingkan tahun depan.
Baca Juga: Penjualan alat berat Intraco Penta (INTA) turun 31,44% per September 2019
Namun dari sisi bottomline, manajemen optimistis rugi bersih tahun 2019 ini dapat menyusut sebanyak 50% dibandingkan rugi bersih tahun kemarin. Adapun sampai akhir September 2019 INTA tercatat mampu mengurangi kerugian menjadi hanya Rp 127,35 miliar, atau menyusut 45,1% bila dibandingkan rugi bersih kuartal-III 2018 yang mencapai Rp 232,31 miliar.
"Harapannya tahun depan ada perbaikan baik topline maupun bottomline," sebut Eddy. Dari segi topline, manajemen memprediksikan kenaikannya sekitar 10%-15% dari posisi pendapatan sepanjang 2019, hanya saja perusahaan tak memberikan detil proyeksi sampai akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News