Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar obat etikal alias obat yang dijual berdasarkan resep dokter masih prospektif. Luthfi Mardiansyah, Ketua Umum International Pharmaceutical Manufacturer Group (IPMG) yang juga Presiden Direktur PT Novartis Indonesia mengatakan, total penjualan obat etikal tahun ini akan menyentuh Rp 20 triliun. Angka ini melejit 12% dari tahun lalu.
Direktur Eksekutif IPMG, Parulian Simanjuntak menambahkan, tiga perusahaan multinasional terbesar yang memimpin pasar obat etikal di Indonesia antara lain PT Glaxo Wellcome Indonesia, PT Bayer Indonesia, dan Novartis. "Pasar etikal berpotensi tumbuh cepat jika program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berjalan," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (2/11).
Menurut Luthfi, melihat pasar yang prospektif, Novartis membidik penjualan obat etikal sebesar Rp 700 miliar tahun ini. Adapun hingga kuartal III-2011 lalu, penjualan obat etikal Novartis sudah tumbuh 29%, atau lebih tinggi dari pertumbuhan pasar. "Saat ini Novartis masih berada di urutan ketiga perusahaan obat resep multinasional di Indonesia," tutur Luthfi.
Di samping menjual obat etikal, Novartis juga menjual obat bebas atau over the counter (OTC).
Hingga akhir tahun nanti, Novartis menargetkan pangsa pasar 9,8% dari total penjualan perusahaan farmasi multinasional di Indonesia yang tahun ini diperkirakan akan mencapai sekitar Rp 9 triliun.
Ke depannya, Novartis pun membidik penjualan obat etikal akan tumbuh 29% per tahun hingga mencapai Rp 2,5 triliun dalam lima tahun mendatang. "Dengan begitu, tahun 2016 Novartis akan menjadi nomor satu," kata Luthfi.
Novartis sendiri selama ini telah memproduksi obat-obatan resep yang berkaitan dengan kardiovaskular dan metabolisme tubuh, nyeri, penyakit susunan syaraf, hepatitis, dan vaksin.
Untuk mendukung target ini, Novartis telah meluncurkan program Sehati Bersama, Sehatkan Indonesia sejak Selasa (1/11). Melalui program itu, Novartis akan memberikan inovasi obat-obatan baru dan memperbanyak penelitian klinis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News