kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar properti lesu di 2018, pengembang berharap di 2019


Rabu, 26 Desember 2018 / 23:15 WIB
Pasar properti lesu di 2018, pengembang berharap di 2019
ILUSTRASI. Prospek bisnis properti


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang 2018, bisnis properti masih mengalami kelesuan. Bahkan sejumlah konsultan properti menyebutkan bahwa pasar properti tahun 2018 merupakan yang terendah sejak tahun 2013 dan diprediksi baru akan mulai merangkak naik di semester II 2019.

Kondisi tersebut bisa tercermin dari pencapaian marketing sales sejumlah pengembang yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Meskipun laporan capaian sepanjang tahun ini belum keluar, namun sebagian besar data terakhir yang dilaporkan masing-masing pengembang masih jauh dari target. Bahkan, tak sedikit yang memutuskan menurunkan target.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) misalnya baru berhasil mengantongi marketing sales atau penjualan pemasaran Rp 1,94 triliun sepanjang Januari-September 2018 atau 39,5% dari target Rp 4,9 triliun tahun ini. Lantaran masih jauh dari target, perusahaan ini kemudian memutuskan merevisi target menjadi Rp 3,5 triliun.

Sepanjang tahun ini, APLN mengandalkan penjualan pada tiga proyek utama yakni Podomoro Park Bandung, Podomoro City Deli Medan, dan Podomoro Golf View.

Menurut Wibisono, Investor Relation APLN, ketiga proyek tersebut mencatatkan penjualan yang cukup bagus.

Adapun Podomoro Park Bandung merupakan proyek rumah tapak dan baru resmi diluncurkan pada kuartal I 2018 ini. Selebihnya adalah proyek eksisting.

Sementara proyek lain yang masih dipasarkan APLN tahun ini ada di Borneo Bay City Balikpapan, Taruma City di Karawang, Vimalla Hills di Bogor, dan Apartemen Orchard View Batam.

Lalu PT Intiland Development Tbk (DILD) juga tidak yakin targetnya sebesar Rp 3,3 triliun tercapai tahun ini. Maklum hingga kuartal III, capainnya baru 1,6 triliun atau 48,4% dari target. Oleh karena itu, perusahaan memilih untuk merevisi target namun tidak menyebutkan berapa target yang dipangkas.

Archied Noto Pradono, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland pada akhir November lalu mengatakan, rendahnya capaian marketing sales tersebut lantaran kondisi pasar properti masih lesu terutama untuk hunian vertikal di wilayah Surabaya.

Dengan kondisi pasar yang lesu tersebut, Intiland memutuskan untuk menunda peluncuran proyek baru di Surabaya yakni Tierra Dharmo Harapan yakni proyek mixed use development di lahan seluas 6 hektare (ha).

Sementara PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) baru mencatatkan marketing sales Rp 1,7 triliun atau 65,3% dari target perusahaan Rp 2,6 triliun. Ivy Wong, Direktur PWON melihat konsidi pasar tahun ini memang agak lambat disebabkan pengaruh kondisi makro ekonomi seperti fluktuatif nilai tukar yang cukup tinggi, adanya perang dagang global, dan kondisi pajak yang masih membingungkan.

"Tahun ini kami hanya mengandalkan inventory, tidak ada proyek baru," ungkap Ivy pada Kontan.co.id pada 5 Desember 2018 lalu.

Meski capaian penjualan pemasaran masih rendah, Pakuwon masih tetap mempertahankan target. Ivy memperkirakan kalaupun target tidak tercapai namun capaian hingga akhir tahun tidak akan jauh dari bidikan awal tersebut.

Adapun PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih yakin target Rp 4 triliun tahun ini tercapai walaupun per Oktober mereka baru mencatatkan marketing sales Rp 2,4 triliun.

Keyakinan tersebut karena perusahaan masih bisa mengharapkan penjualan dari peluncuran proyek baru bertajuk Summarecon Mutiara di Makassar yang dirilis pada 30 November 2018 lalu dan peluncuran produk-produk baru di kawasan eksisting mereka.

Dalam empat jam saja peluncuran proyek baru di Makasaar tersebut, SMRA telah berhasil mengantongi penjualan Rp 200 miliar. Perusahaan ini yakin kondisi pasar properti tahun depan akan membaik terutama setelah pemilihan presiden usai.

"Tetapi kami menargetkan marketing sales sama dengan target tahun ini." kata Jemmy Kusnadi, Sekretaris Perusahaan SMRA pada Kontan.co.id, Jumat (21/12).

Lalu emiten lain yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA) baru berhasil mengantongi marketing sales Rp 5,15 triliun hingga kuartal III atau 66,8% dari target perusahaan sebesar Rp 7,7 triliun. Semuanya masih didapatkan dari proyek-proyek eksisiting karena perusahaan belum bisa merealisasi peluncuran proyek baru.

PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) berhasil merealisasi 75% target marketing salesnya sebesar Rp 7,2 triliun dalam sembilan bulan ini atau senilai Rp 5,4 triliun. PT Alam Sutera Tbk (ASRI) meraup Rp 3,62 triliun atau 90,5% dari target Rp 4 triliun sepanjang Januari-September.

PT PP Properti Tbk (PPRO) mengantongi Rp 3,1 triliun atau 81,5% dalam sembilan bulan yang ditopang oleh penjualan borongan atau bulk sales.

Sedangkan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) telah berhasil mencapai target marketing sales mereka Rp 2 triliun di November 2018. Sampai akhir tahun Olivia Surodjo, Direktur keuangan MTLA meyakini pihaknya bisa mencatatkan Rp 2,1 triliun.

Tahun ini, perusahaan melakukan satu peluncuran yakni proyek perumahan The Riviera @Puri tahap 3. Selain penjualan properti, capain itu juga didukung dari penjualan tanah kavling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×