Reporter: Badrut Tamam | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Gawat. Sejak Pemerintah Daerah Kutai Timur menutup pabrik PT Kaltim Prima Coal (KPC) seluas 7.000 hektare, pasokan batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Tanjung Jati B terancam tersendat. Padahal, kini, kebutuhan akan listrik semakin meningkat.
Meski demikian, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), tetap berusaha untuk menanggulangi pasokan batu bara akibat tersendatnya pasokan batubara dari KPC itu.
Menurut Direktur Utama PLN Fachmi Mohtar, tersendatnya pasokan batu bara dari KPC menyebabkan semakin berkurangnya pasokan batu bara dari PLTU Tanjung Jati B. Bahkan, bukan tidak mungkin pasokan di perusahaan itu terancam. Pasalnya, stok batubara KPC di Tanjung Jati B hanya tersedia untuk 17 hari saja. Idealnya, menurut Fahmi, stok batu bara bagi sebuah PLTU itu adalah 30 hari.
Oleh karenanya, PLN tetap berusaha menanggulangi stok batu bara hingga 30 hari ke depan. "Ya kita usahakan pasokan batu bara aman hingga 30 hari ke depan. Dan sekarang dalam proses penanggulangan," tambah Fahmi. Namun sayang, Fahmi enggan menjelaskan penanggulangan pasokan batubara tersebut.
Kini, KPC sudah mulai beroperasi lagi seperti hari-hari sebelumnya. Tak heran, PLN sangat optimis, pasokan listrik Jawa-Bali tidak bakal terancam.
Sementara itu, General Manager External Affair & Sustainable Development KPC, Harry Miarso mengaku tidak tahu-menahu soal telatnya pasokan batu bara ke PLTU Tanjung Jati B. "Kami belum tahu masalah itu. Jadi kami belum bisa berkomentar," tandas Harry Miarso Rabu hari ini kepada KONTAN.
Selama ini, batubara dari KPC memang menjadi bahan bakar utama PLTU di Tanjung Jati B di Jepara, Jawa Tengah. KPC memasok batubara ke PLTU Tanjung Jati B dua juta ton selama setahun.
Sebelumnya, Kepala Satuan Energi Primer PLN Nasri Sebayang bilang, tidak tahu-menahu dengan lambatnya pasokan batu bara dari KPC. Pasalnya PLN sudah menjalin kontrak dengan KPC selama 10 tahun. "Jadi kewajiban KPC adalah memasok batu bara selama 10 tahun. Makanya persoalan internal KPC PLN tidak mau tahu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News