Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kenaikan harga beras di Thailand diprediksi tak akan berdampak pada harga beras di pasar dalam negeri Indonesia. Menurut Nellys Soekidi, Sekretaris Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) hal ini dikarenakan pasokan beras di pasar lokal masih mencukupi.
”Hari ini saja, masuk 3.500 ton ke PIBC, padahal rata-rata kebutuhan 2.500 ton hingga 3.000 ton per hari,” kata Nellys kepada KONTAN, Senin (26/9). Selain pasokan yang cukup, kenaikan harga beras di Thailand pun tak banyak berpengaruh lantaran permintaan beras asal Negeri Gajah Putih itu tak terlalu banyak.
Dalam satu minggu, kebutuhan beras Thailand di PIBC hanya berkisar 1.000 ton hingga 1.500 ton. Beras Thailand ini merupakan beras komersial medium. Jumlah ini masih di bawah permintaan beras Vietnam yang digunakan untuk beras miskin (raskin) yang sebesar 4.000 ton per minggu.
Walhasil, harga beras pun diprediksi akan stabil seperti dua bulan terakhir. Pada Agustus 2011, Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat harga beras medium sebesar Rp 7.420.78 per kilogram (kg) dengan harga tertinggi Rp 7.458 per kg. Adapun pada September ini, harga rata-rata beras medium mencapai Rp 7.465,93 per kg dengan harga tertinggi Rp 7.504 per kg.
Rachmat Pambudy, Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pernah mengatakan, harga yang bertahan tinggi ini disebabkan panen gadu mulai berakhir. Sementara itu, petani sudah bersiap-siap memasuki musim tanam Oktober-Maret.
Nellys memandang, harga ini akan tetap stabil asal saja pemerintah mempertahankan cadangan alias buffer stock beras untuk kebutuhan akhir tahun, yaitu ketika panen benar-benar berakhir. Bila cadangan cukup, ketergantungan terhadap beras impor akan bisa diminimalisir.
Selain itu, menurut Nellys, pemerintah perlu memperhatikan pemerataan distribusi beras di daerah. Menurutnya, dalam dua pekan terakhir, banyak beras yang diperdagangkan di Cipinang dibeli oleh para pedagang dari daerah. ”Mungkin karena ketersediaan beras di daerah kualitasnya medium, sementara yang dicari yang kualitasnya bagus,” kata Nellys. Jika distribusi ini tak merata, ia khawatir hal ini akan mempengaruhi harga beras.
Bulog gelar tender
Sementara itu, dalam upaya mencukupi kebutuhan beras di dalam negeri, kemarin (26/9) Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) kembali menggelar tender pengadaan beras komersial. Sutarto Alimoeso, Direktur Utama Perum Bulog mengatakan, hingga kini penyaluran beras komersial Bulog mencapai 110.000 ton.
Nah, tender yang digelar kemarin bertujuan mencari importir untuk pengadaan tambahan 100.000 ton beras. “Kami merancang 100.000 ton karena Bulog diberi perintah impor 1,6 juta ton. Yang 1,5 juta ton sudah committed, tinggal kurang 100.000 ton,” kata Sutarto. Abdul Karim, Direktur Pengembangan Usaha Bulog menambahkan, hingga kemarin sore, lelang tender ini belum mendapatkan pemenang.
Menurut angka ramalahan (Aram) II Badan Pusat Statistik, produksi gabah kering giling (GKG) tahun ini bisa mencapai 68,6 juta ton. Jumlah ini setara dengan 37 ton-38 juta ton beras. Angka tersebut meningkat 5,7% dari produksi GKG tahun lalu yang sebesar 64,9 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News