kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.350.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Pasokan Gas di Jawa Barat Seret Imbas Ledakan Pipa di Subang


Minggu, 26 Oktober 2025 / 19:20 WIB
Pasokan Gas di Jawa Barat Seret Imbas Ledakan Pipa di Subang
ILUSTRASI. Pekerja memeriksa instalasi jaringan gas (jargas)


Reporter: Diki Mardiansyah, Lydia Tesaloni | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gangguan pasokan gas bumi melanda wilayah Jawa Barat sejak awal Agustus 2025. Penyebabnya, insiden ledakan di Stasiun Pengukuran (SP) Subang Citarik milik Pertamina pada 5 Agustus lalu yang berdampak langsung terhadap aliran gas ke sejumlah pelanggan industri.

PT Migas Hilir Jabar (MRJ), badan usaha milik daerah (BUMD) yang menjadi penyalur gas industri di Jawa Barat menyatakan terpaksa melakukan pembatasan pasokan gas ke seluruh pelanggan.

Dalam surat resmi bernomor 111/DIR/MRJ/VIII/2025 yang diterima KONTAN, MRJ menyebutkan ledakan pipa di fasilitas Pertamina tersebut menyebabkan terganggunya sistem penyaluran gas dari hulu ke fasilitas Mother Station Migas Hilir Jabar.

“Dalam rangka memastikan keselamatan, stabilitas operasi, dan proses perbaikan fasilitas yang terdampak, kami melakukan pembatasan flow dan pasokan gas kepada pelanggan,” tulis Komisaris MRJ Surya Yudi Wirman, dikutip Minggu (26/10/2025).

Baca Juga: Pasokan Gas ke Pelanggan Migas Hilir Jabar Dibatasi, Imbas Ledakan Pipa di Subang

Pembatasan pasokan diberlakukan sejak 6 Agustus 2025 hingga waktu yang belum ditentukan dan mencakup seluruh wilayah pelanggan MRJ. Perusahaan membuka ruang koordinasi dengan pelanggan untuk menyesuaikan kebutuhan pasokan sementara.

“Pembatasan masih berlangsung. Karena customer perusahaan sebagian besar adalah FOB (free on board), kami menerapkan kuota kepada pelanggan sesuai antrian,” jelas pihak perusahaan kepada Kontan, Minggu (26/10). 

Akibat insiden tersebut, MRJ mencatat penurunan penjualan hingga 30%. Saat ini, perbaikan di fasilitas pemurnian gas (CO? removal unit) Pertamina masih berjalan.

Di sisi lain, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan, pemerintah bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) terus berupaya menjaga kestabilan pasokan gas untuk industri dan masyarakat.

“Selama satu tahun Kabinet Merah Putih, kami fokus menjaga ketersediaan gas dalam negeri. Mitigasi terus dilakukan agar tidak ada penurunan produksi, baik akibat planned shutdown maupun unplanned shutdown,” ujar Yuliot kepada Kontan, Minggu (26/10/2025).

Baca Juga: Pasokan Gas ke Pelanggan MRJ Dibatasi Imbas Ledakan Pipa di Subang, Ini Kata ESDM

Menurutnya, peningkatan produksi gas dilakukan melalui optimalisasi blok-blok migas eksisting seperti Blok Forrel dan Terubuk di Natuna, serta percepatan lelang 75 wilayah kerja migas baru. Langkah tersebut diharapkan dapat menambah pasokan gas nasional dalam tiga hingga empat tahun mendatang.

Selain itu, Kementerian ESDM juga mempercepat pembangunan jaringan pipa gas nasional, antara lain proyek Dumai–Semangke di Sumatra dan Cirebon–Semarang II (Cisem II) di Jawa Tengah.

“Infrastruktur pipa menjadi kunci efisiensi distribusi gas bagi sektor industri,” tambahnya.

Adapun, Pertamina EP sebelumnya memastikan kondisi di lapangan kini aman dan terkendali. Ledakan di jalur pipa gas CO? Removal Unit di Subang terjadi pada 5 Agustus sekitar pukul 04.30 WIB.

Manager Communication Relations & CID Pertamina EP Pinto Budi Bowo Laksono mengatakan, pasokan gas ke jaringan PGN di Subang telah pulih sejak sore hari di tanggal yang sama.

“Gas dari Pertamina EP Subang Field ke PGN kembali mengalir pukul 16.30 WIB dengan volume sekitar 100 MMBTUD,” ujarnya.

Pinto juga menegaskan, pekerja yang mengalami cedera telah mendapatkan perawatan medis di Burn Unit Rumah Sakit Pertamina.

"Situasi di lokasi kejadian berlangsung kondusif, setelah dilakukan isolasi energi dan shut down fasilitas. Proses pemeriksaan penyebab kejadian terus berjalan untuk memastikan peristiwa ini tidak terjadi lagi di masa depan," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (6/8/2025).

Industri terdampak, produksi menurun

Meski pasokan berangsur pulih, kalangan industri mengaku masih terdampak signifikan. Ketua Umum Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Yustinus Gunawan mengatakan, tekanan gas sempat anjlok hingga di bawah batas aman, memaksa sejumlah pabrik beralih sementara ke energi alternatif seperti light oil.

“Beberapa pabrik sempat mematikan mesin karena tekanan gas turun sangat rendah. Pasokan gas berharga khusus (HGBT) sempat turun hingga sekitar 48%,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/10/2025)

Yustinus menyebut, banyak perusahaan yang mengalami penurunan penjualan hingga puluhan persen akibat kondisi darurat tersebut. Namun secara hukum, hal ini dikategorikan sebagai force majeure, sehingga perusahaan penyalur gas tidak bisa dimintai ganti rugi.

Baca Juga: Insiden Subang Tanda Pemerintah Belum Siap Jaga Stabilitas Pasokan Gas Industri

Menurutnya, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sudah berupaya menambah alokasi gas bumi bagi industri sejak 20 Oktober lalu.

“Darurat gas Agustus 2025 membuktikan bahwa pemerintah sebenarnya mampu menjalankan kebijakan HGBT tetapi masih gelagapan ketika terjadi gangguan,” kata Yustinus.

Yustinus mendesak pemerintah menepati alokasi HGBT sesuai Kepmen ESDM No. 76 Tahun 2025, agar kegiatan industri tetap berkelanjutan.

Pengamat migas Hadi Ismoyo menilai, insiden di Subang menjadi pengingat pentingnya ketahanan infrastruktur gas nasional. Dengan jaringan pipa yang terintegrasi seperti SSWJ, FSRU Lampung, dan FSRU Regas Nusantara, sebenarnya pasokan domestik bisa dioptimalkan.

“Pemerintah perlu mempercepat pembangunan proyek Cisem II dan menambah empat FSRU baru serta jaringan Trans Java Gas,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (26/10/2025).

Langkah tersebut, kata Hadi, akan memperkuat distribusi gas ke kawasan industri, menekan impor LPG, dan meningkatkan efisiensi energi nasional.

Selanjutnya: Sejumlah Kebijakan Menkeu Purbaya Dinilai Tidak Tepat Secara Momentum, Ini Alasannya

Menarik Dibaca: IHSG Diperkirakan Terkoreksi, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (27/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×