Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi menyatakan Lapangan Gas Ruby di Blok Sebuku, Selat Makassar, sudah bisa mengalir dan siap berproduksi. Pasokan gas dari Ruby seluruhnya untuk keperluan domestik.
Asal tahu saja, Blok Sebuku yang dikelola oleh Mubadala Petroleum, perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), berhasil mengeluarkan gas setelah menyelesaikan pengeboran empat sumur produksi dan instalasi di lepas pantai.
Aliran gas pertama (first gas) sebetulnya sudah keluar pertama kali pada 27 Oktober 2013 lalu dengan rata-rata produksi 85 mmsfcd. Pasokan gas tersebut akan didistribusikan 100% untuk industri pupuk, yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).
Johanes Widjonarko, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan, dengan mengalirnya gas di Lapangan Ruby, Pupuk Kaltim akan mendapat pasokan gas selama 10 tahun ke depan.
Kata Widjonarko, kontrak jual beli gas bumi antara Pupuk Kaltim dengan Mubadala akan berlaku hingga 31 Desember 2023. Jika pasokan gas ke industri pupuk lancar, petani juga akan mudah mendapat pupuk dan hal ini akan berpengaruh pada ketahanan pangan nasional.
Setelah gas dari lapangan Ruby mengalir, SKK Migas menantang para KKKS lain untuk mempercepat produksi. "Kebetulan blok ini terletak di lepas pantai, jadi tantangannya tidak sulit untuk proses perizinan karena ada di laut," kata Widjonarko (26/11).
Maurizio La Noce, Chief Excutive Officer Mubadala Petroleum mengungkapkan, pihaknya sudah mengeluarkan dana US$ 5 miliar untuk berinvestasi di Indonesia. Proyek pertama adalah Lapangan Ruby di Blok Sebuku, lalu ada Blok West Sebuku sedang pengerjaan seismik 3D, dan Blok Kerapu di Natuna yang belum juga menemukan potensi gas.
Proyek Lapangan Ruby sejauh ini memakan dana sebesar US$ 500 juta. "Saya yakin, produksi kapasitas di Lapangan Ruby yang hampir 115 mmsfcd dengan aliran normal per hari mencapai 100 mmsfcd itu bisa memproduksi pupuk hingga jutaan ton per tahun," kata La Noce.
Di proyek Lapangan Ruby, Mubadala memiliki saham sebesar 70%, sisanya dimiliki oleh Total E&P Sebuku, dan Inpex South Makassar masing-masing 15%. La Noce bilang, selain tiga blok itu, pihaknya juga mengincar Indonesia Timur dan Laut Amandaman dekat Myanmar. "Soal investasi ke sana masih terlalu awal," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News