kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pebisnis Ramai-ramai Masuk Bisnis Batubara


Minggu, 09 Oktober 2022 / 19:54 WIB
Pebisnis Ramai-ramai Masuk Bisnis Batubara
ILUSTRASI. Bisnis pertambangan batubara masih menjadi salah satu sektor yang dilirik para investor kakap.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pertambangan batubara masih menjadi salah satu sektor yang dilirik para investor kakap.

Yang terbaru, Grup Salim dikabarkan bakal menjadi investor strategis yang akan mengeksekusi aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau Private Placement PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

BUMI berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 200 miliar saham pada harga Rp 120 per saham. Dengan demikian, maka BUMI bakal mendapatkan dana segar sebanyak-banyaknya Rp 24 triliun.

Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Masih Solid, Cek Rekomendasi Sahamnya

Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengungkapkan, pihaknya menyambut para pemegang saham. Meski demikian, Dileep menegaskan hasil pastinya akan diperoleh pasca Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang bakal digelar pada 11 Oktober 2022.

Dileep menambahkan, belum ada perubahan rencana bisnis sejauh ini.

"Arah BUMI jelas dan tidak ada perubahan dalam hal ini. Tambahan kemitraan (yang) berkualitas dapat dipandang sebagai pengembangan yang berpotensi sinergis," ungkap Dileep kepada Kontan.co.id, Minggu (9/10).

BUMI menargetkan produksi batubara tahu ini dikisaran 78 juta ton hingga 83 juta ton. Curah hujan tinggi diakui masih menjadi tantangan dalam kinerja operasional untuk tahun ini.

Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, jika Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL) dan Treasure Global Investments Limited (TGIL) jadi mengeksekusi private placement BUMI maka keduanya bakal mendekap 58,17% saham BUMI. 

Dengan kondisi tersebut, porsi pemegang saham BUMI lain akan terdilusi.

Kepemilikan HSBC-Fund SVS A/C Chengdong Onvestment di saham BUMI akan turun dari 10,32% menjadi 4,32%.

Kepemilikan NBS Client akan turun dari 9,11% menjadi 3,81%. Sementara itu kepemilikan Watiga Trust Ltd turun dari 5,36% menjadi 2,24%.

Selanjutnya, masyarakat di bawah 5% yang sebelumnya mendekap 75,20% saham BUMI akan terdilusi menjadi 31,46%.

Tercatat, sejumlah konglomerat sebelumnya telah terlebih dahulu terjun ke bisnis batubara.

Baca Juga: Pasca Seperempat Abad, Bakrie Kini Akan Berbagi Kendali di BUMI dengan Grup Salim

Merujuk pada riset Kontan, ada Peter Sondakh lewat Rajawali Group yang mengampit 83,65% saham entitas batubara PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT).

Operasi bisnis pertambangan SMMT dilakukan melalui PT Internasional Prima Coal merupakan pemilik konsesi batubara di kalimantan Timur dengan luas area mencapai 3.238 ha. Sumber daya area konsensi ini mencapai total 317,6 juta ton dengan cadangan terbukti sebesar 122,6 juta ton.

Kemudian, melalui PT Triaryani yang memiliki kosesi batubara di Sumatera Selatan dengan luasan lahan mencapai 2.143 ha. Total sumber daya menapai 330 juta ton dengan cadangan total 317 juta ton.

Selain itu, ada pula Kiki Barki dan keluarga Barki yang tercatat mengampit 79,79% saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) melalui PT Karunia Bara Perkasa.

Harum Energy sendiri memiliki kegiatan operasional mulai dari penambangan, pengangkutan, penghancuran dan penimbunan batubara hingga pengapalan.

Merujuk laman resmi Harum Energy, total cadangan perusahaan mencapai 112,8 juta ton dengan perkiraan total sumber daya mencapai 487,2 juta ton.

Direktur Ekseutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, penguatan harga batubara dan prospek permintaan untuk beberapa tahun ke depan menjadi indikator bahwa bisnis batubara masih menarik.

"Tetapi sepertinya investor masih tertarik masuk ke aset yang brown field, bukan yang green field," kata Hendra kepada Kontan, Minggu (9/10).

Hendra melanjutkan, secara umum permintaan global dan domestik untuk jangka pendek diperkirakan akan meningkat. Adapun, untuk pasar global masih didominasi oleh pasar-pasar eksisting.

Baca Juga: Dian Swastatika (DSSA) Resmi Kuasai 100% Saham Stanmore SMC

Dalam lima tahun terakhir, produksi batubara Indonesia selalu berada di atas 550 juta ton. Merujuk Minerba One Data Indonesia (MODI), produksi batubara pada tahun 2018 sebesar 557,77 juta ton, angka ini meningkat menjadi 616,16 juta ton pada 2019. 

Selanjutnya produksi batubara pada 2020 mencapai 565,69 juta ton dan meningkat menjadi 610,03 juta ton ditahun 2021. Untuk tahun ini pemerintah menargetkan produksi mencapai 660 juta ton dengan realisasi terkini mencapai 510,44 juta ton.

Merujuk catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah sumberdaya batubara Indonesia mencapai 91,6 miliar ton. Sementara cadangan batubara mencapai 31,7 miliar ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×