Reporter: Ali Imron |
JAKARTA. Krisis finansial membuat pengembang sangat berhati hati di dalam berekspansi ke mall. Pasalnya selain membutuhkan modal yang sangat tinggi, pengembang juga harus siap melakukan perawatan mall secara berkala. Belum lagi, harus tetap menjaga supaya mall ramai pengunjung.
Tapi itu tidak berlaku bagi pengembang sekelas Lippo Group. Mereka menganggap kalau pembangunan mall itu masih tetap potensial. Asalkan tepat membidik sasaran market yang jelas. Sudah begitu kompetisinya tidak terlalu ketat di dalam satu kawasan tertentu.
”Itulah kenapa kami tetap optimis kalau Pejaten Village siap membidik kalangan menengah atas,” kata Direktur Lippo Group Andreas Kartawinata, Kamis (18/12) di Jakarta
Nantinya kehadiran mall itu bakal menambah hidup kawasan yang berada di Pejaten. Pasalnya selama ini belum ada mall yang berdiri di kawasan tersebut hingga radius 2 kilometer. Jadi kalaupun mau mencari mall harus baru ketemu di radius 5 kilometer. “Misalnya saja Citos dan Pondok Indah Mall,” tandasnya.
Pejaten Village merupakan pusat belanja sewa (leased mall) pertama yang mereka kembangkan. Dengan luas bangunan 48.000 m2 di atas lahan seluas 2 hektare di wilayah Jakarta Selatan, proyek senilai US $ 120 juta ini, dibangun dengan enam lantai dengan 165 unit toko.
Masing-masing lantai dijuluki dengan nama dan frasa Indonesia yang unik. Seperti ’Jalan-jalan’ untuk lower ground, ’Griya Gaya’, ’Warna-warni’, ’Planet Gaul’, ’Pernak-pernik’ dan ’Rame-rame’ untuk lantai di atasnya. Diferensiasi tak hanya pada penamaan, juga konsep dan fisik ruang. Yang menonjol adalah al fresco deck seating and dining yang ada di lantai satu dan open space children playground.
GM PR dan Investor Relation Lippo Group Danang Kamayan Jati memprediksikan, total pengunjung yang akan hadir ke mall tersebut sebanyak 30.000 orang. Jumlah pengunjung akan membengkak pada akhir pekan sekitar 35.000 orang. Itu artinya ada penambahan setidaknya 5.000 orang.
Sejauh ini tingkat hunian sewa di mall tersebut sudah mencapai 80 %. Danang menjamin tenant yang berada di dalamnya hampir semuanya branded. Sebut saja Matahari, Hipermart, Gold Gym dan Cinema XXI.
Soal besaran tarif sewa di mall itu bisa dibilang harganya rata-rata. Kisarannya sekitar Rp 300.000 hingga Rp400.000/m2/bulan untuk toko seluas 15-20 m2 dan 60-80 m2. Ini semua tergantung dari lokasi dan posisinya.
Direktur Nasional Jones Lang La Salle, Lucy Rumantir bilang, kehadiran mall ini bakal cerah. Pasalnya mall ini berlokasi di persimpangan Jl Pejaten dan Jl Warung Jati Barat, Jakarta Selatan. Tentunya akan membidik warga dengan status social economic scale B, di sekitar Pejaten, Jatipadang, Ragunan, Kalibata, Pasar Minggu, Tanjung Barat, Cilandak, Kemang dan Cipete.
Selama ini, kebutuhan pusat belanja yang mencakup kawasan-kawasan tersebut belum mampu terakomodasi secara maksimal. Kondisi inilah yang dengan jeli ditangkap Lippo sebagai peluang besar. Mengacu pada rasio pasok ruang ritel terhadap populasi penduduk, potensi pasar kawasan-kawasan itu masih sangat terbuka. ”Apalagi konsumen yang tinggal di situ sama sekali tidak terpengaruh krisis finansial. Mereka sangat membutuhkan kebutuhan lifestyle,” tandasnya.
Hanya saja, Pejaten Village ini masih berada di bawah Plaza Senayan. Ini karena tidak ada brand kelas atas dan premium yang ada di mall tersebut. Sebut saja brand Chloe, Gucci, King Burger. Paling banter adalah brand Hypermart. ”jadi ini adalah mall menengah atas dan bangunannya pun tidak sebesar Plaza Senayan, tapi cukup memenuhi kebutuhan masyarakat di situ,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News