kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pekerja minta hilangkan diskriminasi bagi buruh terdampak COVID-19


Selasa, 05 Mei 2020 / 19:44 WIB
Pekerja minta hilangkan diskriminasi bagi buruh terdampak COVID-19
ILUSTRASI. Pekerja memproduksi rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) secara manual di pabrik rokok PT Praoe Lajar yang menempati bekas kantor perusahaan listrik swasta Belanda NV Maintz & Co, di kawasan Kota Lama Semarang, Jawa Tengah, Senin (19/8/2019). Kementerian Per


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Pekerja dan Mitra Produksi Industri Makanan dan Produk Tembakau mengajak masyarakat dan komunitas untuk memberikan perlindungan dan menghilangkan stigma negatif terhadap para buruh yang terpapar virus corona (COVID-19).

Seperti halnya masyarakat dari kelompok lain, buruh yang terkena COVID-19  juga memerlukan bantuan dan dukungan psikologis dari komunitas masyarakat agar dapat segera mengatasi situasi yang menimpa dirinya. 

Ketua Mitra Produksi Sigaret Indonesia (MPSI) Joko Wahyudi berharap pemerintah dan industri dapat lebih memperhatikan buruh yang tengah mengalami musibah tersebut.

Baca Juga: Konsumsi pemerintah tumbuh 3,74% di kuartal I-2020

Dia mengajak masyarakat untuk mendukung dan memotivasi buruh yang terkena dampak COVID-19 beserta keluarganya dengan menumbuhkan rasa gotong-royong antar sesama.

Jangan sampai masyarakat malah melakukan diskriminasi yang memicu stres dan penurunan kekebalan tubuh pada pasien.

“Buruh atau keluarganya yang terkena dampak COVID-19 harusnya dimotivasi dan didukung. Prioritas kita semua sekarang adalah menjaga kesehatan serta kebersihan dengan mengikuti anjuran Pemerintah sehingga pandemi ini segera berakhir," kata Joko dalam keterangannya, Selasa (5/5).

Joko mengatakan munculnya stigma negatif terhadap buruh yang menjadi pasien positif COVID-19 ini seharusnya tidak perlu terjadi. “Mereka (para buruh) yang terkena dampak virus ini bukan orang jahat, sangat tidak manusiawi kalau mereka dianggap jahat,” kata Joko.

Menurutnya, buruh yang positif COVID-19 justru sedang membutuhkan uluran tangan karena mereka tengah dirugikan oleh situasi.

“Mereka sudah stres dengan kondisinya, jangan ditambahi lagi dari tekanan masyarakat. Sebaiknya kita memotivasi mereka untuk sembuh, jika ada yang kesulitan ekonomi mari kita bantu bersama,” ujarnya. 

Joko mengatakan perilaku masyarakat yang mengucilkan dan menjauhi pasien positif COVID-19 mungkin terjadi akibat ketakutan yang berlebihan.

Baca Juga: Mencermati data inflasi dan PDB kuartalan Indonesia

“Takut itu wajar, tetapi jangan berlebihan dan menebar kepanikan apalagi hoaks. Termasuk halnya dengan produk-produk yang diproduksi di pabrik, masyarakat tidak perlu takut terkontaminasi karena virus tidak hidup bertahan lama pada benda mati,” katanya.

Terkait produk menurut Joko, harus dilihat apakah produknya itu jaringan hidup atau tidak. Apalagi ada rentang waktu antara produksi dan distribusi.

"Untuk rokok, dari proses produksi sampai keluar dari pabrik dan sampai ke konsumen itu waktu lumayan lama, bisa setengah bulan. Jadi, produknya aman,” ujarnya.

Terpisah Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio menyampaikan bahwa di tengah pandemi virus Corona (COVID-19), masyarakat tidak hanya diwajibkan untuk memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya namun harus menerapkan protokol kebersihan pada barang konsumsi, termasuk produk makanan dan kemasannya.

"Pastikan mencuci tangan sebelum memproses makanan atau bahan makanan dan apapun yang masuk mulut, termasuk rokok dan permen. Semua orang dan benda yang berada di tempat umum berpotensi tercemar. Intinya adalah kebersihan diri, termasuk makanan," ujarnya.

Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 melambat, begini strategi Kemenkeu

Senada dengan Joko, Sekretaris Pimpinan Daerah Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman (RTMM) Jawa Timur Santoso mengatakan buruh yang positif COVID-19 juga mengalami dampak sosial yang sangat besar.

“Kami mendengar bahwa sebagian buruh yang diduga positif COVID-19 dan yang sudah positif banyak yang dirundung bahkan diusir dari lingkungannya,” ujarnya.

Dia mengajak pemerintah dan masyarakat untuk lebih berempati kepada buruh karena situasi pandemi sangat berdampak pada buruh secara sosial dan ekonomi.

“Kami mengajak seluruh anggota federasi dan masyarakat untuk memberikan motivasi dan membesarkan hati pada buruh yang terdampak COVID-19. Jika stigma ini terus berlanjut, maka akan semakin memperkeruh suasana,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×